Lihat ke Halaman Asli

Rafinita Aditia

Mahasiswi program Komunikasi dan Penyiaran Islam

Petarung Tanpa Ujung

Diperbarui: 9 September 2019   07:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Pribadi

Ternyata ungkapan lama memang selalu benar adanya, salah satunya tentang orang-orang menjadi luar biasa karena proses yang dilaluinya pun juga luar biasa.

Terkadang aku begitu cemburu dengan mereka yang mendapatkan hal lebih, aku cemburu dengan langit yang ada diatasku. Namun ternyata cemburu ku salah, aku cemburu pada hal yang bekerja tanpa lelah disaat aku memilih rebah. Aku cemburu pada ia yang tak pernah mengenal kata patah di saat aku sudah menginjak titik lengah.

Rupanya segala sesuatu memang berproses, tidak instan adanya. Ada hal yang harus ditukar untuk sesuatu yang memang tak bisa ditakar. Kau boleh saja menyerah, tentu saja tak salah. Namun jika nanti kau kalah, salahkan dirimu yang terlalu lemah.

Kau tahu? Sebenarnya kita ini adalah petarung. Kita melawan sesuatu yang tak pernah memiliki ujung. Kita harus tetap berdiri, tak peduli seberapa kuat sang lawan mencaci, seberapa hebat sang lawan menakuti, kita hanya perlu keberanian untuk bangkit lagi. Selain petarung, kita juga seorang pejuang. Yang harus selalu menjaga apa yang dipegang, yang harus selalu setia terhadap apa yang disandang. Tak peduli seberapa keras di tentang, seberapa hebat di hadang, yang menjadi tujuan hanyalah menang.

Jangan pernah berpikir bahwa kau tak bisa. Tentu saja bisa. Pun begitu juga dengan ku. Tak apa hari ini kita ditertawakan atas apa yang kita kerjakan dengan kesungguhan. Tentu saja kerja keras ini bukan untuk sekedar memperoleh pujian bukan? Terus saja pada pendirian, tuhan akan berikan segala kemungkinan dan menjadikan segala yang memang dibutuhkan.

Pernah mendengar cerita tentang seberapa hebat kekuatan sebuah do'a? Ia menjadikan hal yang bahkan tak pernah mungkin ketika kita fikirkan. Ia mewujudkan hal yang bahkan tak pernah bisa kita bayangkan. Namun nyata adanya, bukan hanya sebatas imaji belaka. Berdo'alah, memintalah, jangan terlalu sombong untuk menengadah.

Pernah juga suatu ketika, aku melangkah. Langkahku hari itu lemah, terlalu goyah. Namun entah mengapa ada hal luar biasa yang terasa datang menyangga. Entah dari mana asalnya, namun ia benar-benar memberi kekuatan, rasa nyaman, ketenangan. Mungkin itu pula yang disebut do'a. Terkadang ia tak datang di saat kita pinta, namun ketika nanti kita merasa tiada, ia akan datang menjadi sebuah harapan panjang.

Tetapi tentu saja, do'a belaka tanpa ada usaha hanya ibarat menunggu buah terhadap sesuatu yang tak pernah di tanam. Sia-sia, tak akan pernah ada.

Boleh jadi kali ini apa yang kita usahakan rupanya gagal. Tentu kita akan merasa kesal. Namun tentu saja, tuhan tak pernah salah dalam membagi. Bukan karena ia hebat dalam algoritma maupun memutar angka. Namun ia sudah punya rencana. Hal-hal luar biasa yang tak pernah terduga adanya.

Gagal rupanya memberikan pelajaran baru, yang tak akan pernah di dapat dari membaca buku. Ia akan menjadi guru terbaik, meski bukan dengan cara mendidik. Ia membiasakan tegar, meski raga kita telah memar. Ia membiasakan kita agar tak runtuh, meskipun badan kita hampir rubuh. Boleh jadi kita membenci nya, namun tentu saja ia akan tetap ada. Bukankah kita lebih baik menerima? tentu selalu ada pelajaran dari setiap kejadian.

 Waktu berjalan terus ke depan tanpa pernah memikirkan untuk memperlamban. Ia tak meberi kesempatan, bagi mereka yang menyesal akibat kehilangan. Tak peduli seberapa banyak kesibukan, seberapa padat kegiatan, yang ia tahu hanya ada satu kali kesempatan.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline