Judul : The Fault in Our Stars
Sutradara : Josh Boone
Produser : Wyck Godfrey dan Marty Bowen
Distributor : 20th Century Fox
Aktor : Shailene Woodley,Ansel Elgort, Nat Wolff ,Laura Dern,
Sam Trammell, Mike Birbiglia, Willem Dafoe
Penulis Skenario : Scott NeustadterdanMichael H. Weber ,
Genre Film : Romance
Tahun Rilis : 6 Juni 2014
Resentator : Rafika Surya Bono
The Fault in Our Stars merupakan sebuah film yang menceritakan kisah cinta dua anak muda yang menderita kanker. Diadaptasi dari novel karya John Green dengan judul yang sama, The Fault in Our Stars sukses mencuri perhatian para penggemarnya dan berada di peringkat pertama box-office di Amerika Serikat pada minggu pertama rilis.
Hazel Grace yang diperankan oleh Shailene Woodley merupakan gadis berusia 16 tahun yang menderita kanker Tiroid stadium IV. Kanker tersebut telah menggerogoti hingga ke paru-paru Hazel yang membuat pernafasannya harus dibantu dengan tabung oksigen seberat 1,2 kg yang dibawa ke manapun ia pergi. Hazel dapat bertahan hidup berkat obat Phalanxifor yang rutin diminumnya. Hazel mengikuti Support Group atas permintaan ibunya, tempat perkumpulan penderita kanker yang memberikan semangat satu sama lain. Di sinilah Hazel bertemu dengan Agustus Waters, remaja berumur 17 tahun yang sudah divonis sembuh dari Osteosarkoma. Agustus yang diperankan oleh Ansel Elgort hanya memiliki satu kaki disebabkan Osteosarkoma yang pernah dideritanya.
Hazel sempat mengalami sekarat yang membuat orang di sekelilingnya panik, begitu juga Agustus. Agustus bukan lelaki sempurna, namun ia tahu bagaimana memperlakukan gadis yang dicintainya. Agustus menyiapkan perjalanan dari Indianapolis, Amerika ke Amsterdam. Hal ini disebabkan keinginan Hazel yang sangat tinggi untuk bertemu dengan Peter Van Houten, penulis novel kesukaannya, An Imperial Affliction. Hal tak terduga terjadi ketika Peter Van Houten yang diimajinasikan sebagai seorang penulis produktif yang jenius ternyata adalah pemabuk yang sangat ‘payah’. Pertemuan di rumah Van Houten mengecewakan Hazel dan Agustus yang jauh-jauh datang dari Indianapolis ke Amsterdam.
Seperti film Titanic, Romeo and Juliet dan film romance lainnya yang berakhir dengan kematian salah seorang tokoh, begitu juga dengan The Fault in Our Stars. Pertanyaannya adalah siapa yang meninggalkan dan siapa yang ditinggalkan? Menarik untuk disimak.
Josh Boone berhasil mengadaptasi film ini sesuai dengan kesederhanaan konfilk yang terdapat di dalam novel. Juga membantu pembaca novel The Fault in Our Stars dalam mengimajinasikan hal-hal yang jarang ditemui. Misalnya Hazel yang membawa tabung oksigen ke manapun ia pergi. Scene-scene yang mengharu biru disajikan dengan sederhana namun membuat penonton hanyut dengan kesederhanaan tersebut. Salah satu contoh saat pra pemakaman Agustus bersama Hazel dan Issac yang membuat saya secara pribadi meneteskan air mata. Pemilihan lokasi syuting yang indah pun membuat mata penonton merasa nyaman sepanjang film berlangsung.
Secara penokohan, Shailene Woodley dan Ansel Elgort sukses memerankan karakter Hazel dan Agustus dengan baik. Woodley yang cantik, Elgort yang tampan dan rupawan dengan mudah membuat penonton jatuh hati dengan mereka. Chemistry yang tercipta di antara keduanya pun mampu membuat penonton mudah larut dalam cerita. Aktor-aktor lainnnya pun memerankan tokoh dengan baik. Hanya saja penokohan Peter Van Houten yang diperankan oleh Willem Dafoe kurang sesuai dengan ekspektasi pembaca. Kesan Van Houten yang kejam, pemabuk, dan mengecewakan kurang tersampaikan kepada penonton sehingga karakter Van Houten tidak ‘terbunuh’ di mata penikmat film ini.
Di segi cerita, film ini mengajarkan cara menertawakan takdir dengan baik. Film ini tentang penderita kanker yang sekarat, namun tidak sedikitpun berusaha untuk membuat penonton kasihan denga tokoh. The Fault in Our Stars berhasil menguras air mata penonton bukan karena penyakit yang diderita tokoh ataupun di ending cerita, melainkan karena alur yang dibangun sedemikian rupa.
Film ini tidak direkomendasikan untuk remaja yang tidak menyukai genre romance. Hal ini karena konfliknya yang datar akan membuat orang yang tidak menyukai romance cepat bosan. Selanjutnya, film ini tentu bukan untuk remaja tujuh belas tahun ke bawah, karena ada beberapa scene yang bukan konsumsi mereka. Selanjutnya, jika ingin menonton The Fault in Our Stars, penulis menyarankan agar terlebih dahulu membaca novelnya. Karena akan lebih mudah masuk ke dalam cerita di film jika sudah membaca novelnya terlebih dahulu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H