Lihat ke Halaman Asli

K3 di Era Digital: Memanfaatkan Teknologi untuk Meningkatkan Keselamatan Kerja

Diperbarui: 12 Desember 2024   14:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Transformasi digital sudah menaruh efek yang signifikan dalam bermacam macam aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Dalam pembahasan ini, integrasi beberapa teknologi terkini misalnya Internet of Things (IoT), Kecerdasan Buatan (AI), dan Augmented Reality (AR) dijelaskan menjadi solusi inovatif yang bisa diimplementasikan buat membangun sistem K3 yang lebih efektif dan efisien.

1.Teknologi Internet of Things (IoT) pada K3 IoT sebagai satu penemuan terdepan pada pengelolaan risiko K3.

Teknologi ini memungkinkan pengumpulan data real-time melalui sensor yang dipasang pada lokasi kerja. Misalnya, sensor IoT bisa mendeteksi kebocoran gas, perubahan suhu ekstrem, atau taraf kelembaban yang tidak aman, sebagai akibatnya menaruh peringatan dini buat menghindari kecelakaan. Penelitian Khatami et al. (2024) menampakan bahwa penggunaan IoT mempercepat respons terhadap potensi bahaya sampai 30%, sekaligus mengurangi keterlambatan penanganan peristiwa. Dengan mengintegrasikan IoT ke pada sistem K3, perusahaan bisa menaikkan supervisi dan mitigasi risiko secara signifikan.

2.Kecerdasan Buatan (AI) untuk Prediksi Risiko

AI mempunyai kemampuan buat menganalisis data besar (big data) dan mengidentifikasi pola yang berhubungan peristiwa keselamatan. Teknologi ini memungkinkan manajemen untuk memprediksi risiko dan merogoh langkah pencegahan yang tepat. Sebagai contoh, prosedur pemecahan berbasis AI bisa mengidentifikasi faktor-faktor risiko pada pekerjaan tertentu, misalnya kelelahan pekerja atau mesin yang kurang optimal. Studi Mouras & Badri (2020) membicarakan bahwa AI bisa mengurangi peristiwa kecelakaan kerja sampai 35% melalui pendekatan prediktif yang proaktif.

3. Augmented Reality (AR) pada Pelatihan K3 AR menghadirkan pengalaman training yan g lebih interaktif dan mendalam.

Teknologi ini memungkinkan pekerja buat tahu potensi risiko melalui simulasi yang realistis. Misalnya, pekerja konstruksi bisa berlatih menghadapi situasi darurat, misalnya kebakaran atau keruntuhan struktur, pada lingkungan impian yang aman. Berdasarkan penelitian Tim CESD (2023), training berbasis AR menaikkan pemahaman dan retensi liputan pekerja sampai 60%, dibandingkan menggunakan metode konvensional.

Meskipun menjanjikan, implementasi teknologi digital pada K3 menghadapi tantangan, misalnya porto  investasi yang tinggi, kurangnya infrastruktur teknologi, dan resistensi organisasi terhadap perubahan. Namun, menggunakan perencanaan strategis dan adaptasi yang tepat, teknologi digital bisa membawa transformasi besar  pada pembangunan lingkungan kerja yang lebih aman, produktif, dan berkelanjutan.

KESIMPULAN

Transformasi digital telah membawa perubahan signifikan dalam sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Teknologi seperti Internet of Things (IoT), Kecerdasan Buatan (AI), dan Augmented Reality (AR) terbukti mampu meningkatkan efektivitas dalam pengelolaan risiko, prediksi bahaya, dan pelatihan tenaga kerja. IoT memberikan kemampuan pemantauan real-time, AI membantu menganalisis data untuk mencegah kecelakaan, dan AR menawarkan pelatihan yang lebih interaktif dan efektif. Meski menghadapi tantangan seperti biaya tinggi dan resistensi perubahan, integrasi teknologi ini berpotensi menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan produktif. Perencanaan strategis diperlukan agar manfaat teknologi dapat dioptimalkan secara berkelanjutan.

REFERENSI 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline