Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Studi kasus tentang implementasi filsafat dakwah menjadi penting dalam konteks ini
karena dapat memberikan gambaran yang lebih konkret dan aplikatif tentang
bagaimana prinsip-prinsip dakwah diterapkan dalam berbagai kondisi. Melalui studi
kasus, kita dapat melihat berbagai praktik dakwah yang telah dilaksanakan, baik yang
berhasil maupun yang menemui kendala, serta mengevaluasi metode dan strategi yang
digunakan. Dalam hal ini, praktik implementasi filsafat dakwah tidak hanya menjadi kajian teoritis, tetapi juga sebagai sarana untuk memecahkan masalah nyata yang
dihadapi oleh para dai dan aktivis dakwah di lapangan. Oleh karena itu, penelitian dan
studi kasus tentang implementasi filsafat dakwah menjadi suatu kebutuhan yang mendesak untuk memastikan bahwa dakwah dapat berjalan sesuai dengan tujuan luhur yang ingin dicapai.
Studi kasus kali ini merujuk pada Ustadz Hanan Attaki, seorang da'i muda yang sangat populer di Indonesia, dikenal dengan pendekatannya yang segar, mudah dipahami, dan penuh semangat dalam berdakwah. Ia memanfaatkan berbagai metode dakwah yang relevan dengan kondisi sosial dan budaya masyarakat modern, termasuk menggunakan media sosial dan platform digital untuk menjangkau audiens yang lebih luas, terutama generasi muda.
Ustadz Hanan Attaki menerapkan beberapa pendekatan metodis dakwah yang efektif sebagai berikut:
1. Ustadz Hanan Attaki sangat dikenal karena cara berdakwahnya yang relevan dengan isuisu kekinian dan mendekatkan agama dengan kehidupan sehari-hari.
2. Ustadz Hanan Attaki adalah salah satu contoh da'i yang memanfaatkan media sosial dan platform digital untuk berdakwah.
3. Ustadz Hanan Attaki menggunakan gaya dakwah yang santai, humor, tetapi dakwahnya tetap disampaikan secara mendalam
4. Ustadz Hanan Attaki sering berinterkasi dengan para jamaahnya, termasuk membuka sesi pertanyaan.
5. Ustadz Hanan Attaki mengemas dakwah dalam bentuk cerita, wawasan terkait isu-isu sosial dan agama, serta menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
Dalam paktik dakwah terdapat beberapa teori yang relevan. Pertama, Teori Diffusion of Innovations yang dikemukakan oleh Everett M. Rogers menggambarkan bagaimana suatu inovasi dan difusi terjadi dalam lima tahap: pengetahuan, persuasi, keputusan, implementasi, dan konfirmasi. Kedua, Teori konstruktivisme dalam pendidikan, yang dikembangkan oleh Jean Piaget dan Lev
Vygotsky, berfokus pada bagaimana individu membangun pengetahuan mereka sendiri
melalui pengalaman dan interaksi sosial. Ketiga, Teori social capital yang dikembangkan oleh Robert Putnam menekankan pentingnya
hubungan sosial dan jaringan komunitas dalam memperkuat keberhasilan suatu kegiatan sosial. Keempat, Teori efektivitas komunikasi menjelaskan bagaimana pesan yang disampaikan dapat mempengaruhi audiens, baik dalam bentuk perubahan sikap, pemahaman, atau perilaku. Dalam dakwah, evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pesan yang disampaikan dapat diterima dan dipahami oleh audiens, serta apakah pesan tersebut dapat diterima atau tidak. Kelima, teori interaksi simbolik (symbolic interactionism) yang dikembangkan oleh Herbert Blumer menganggap bahwa komunikasi dalam masyarakat terbentuk melalui interaksi sosial dan penggunaan simbol-simbol yang dipahami bersama.
Studi kasus yang dalam hal ini mengacu pada sosok Ustadz Hanan Attaki memenuhi kelima teori tersebut. Ia sering menggunakan berbagai media sosial untuk menyiarkan dakwahnya. Ia juga membuka kesempatan kepada jamaah untuk berbagi pengalaman yang relevan dengan materi dakwahnya. Selain itu, ia juga membuka komunitas-komunitas dakwah dan mengadakan umpan balik agar para jamaahnya bisa memahami kajian yang disampaikan.