Akhir-akhir ini banyak sekali kasus pembullyan yang terjadi dimana-mana. di sekolah di kampus maupun di kantor akan selalu ada kasus tentang pembullyan. Dan kasus ini bisa terjadi ke siapa saja, laki-laki maupun perempuan, kaya maupun miskin, terkenal maupun tidak, dan lain lain. siapa saja bisa menjadi korban pembullyan apabila mereka terlihat lemah atau tidak berdaya. Bahkan artis pun bisa menjadi korban netizen hanya karena kesalahan kecil.
Apalagi dengan majunya zaman, bullying juga sudah semakin berkembang. Kalau dulu kasus bullying terjadi di satu tempat yang melibatkan pembully dan korban. Sedangkan sekarang karena interaksi sosial bisa terjadi secara jauh bullying juga bisa terjadi tanpa korban dan pembully berada di satu tempat yang sama. Tidak hanya itu dampaknya juga berbeda, kalau dulu pembullyan bisa secara fisik yang membuat korban terluka secara fisik sekarang pembullyan hanya bisa lewat kata-kata atau postingan tertentu tetapi korban tetap terluka di bagian mental mereka. Akibatnya korban tidak bisa berpikir dengan jernih dan bisa mengakibatkan luka yang lebih parah atau kasus terburuknya korban bisa mengakhiri hidup mereka sendiri.
Tidak hanya itu saja yang berbeda karena perubahan zaman. Tetapi tingkah laku masyarakat kepada korban bullying juga berbeda. Yang dulunya merasa simpati kepada korban sekarang malah menyalahkan korban. Korban disalahkan karena mereka membiarkan diri mereka di-bully padahal si korban tidak bisa mencegahnya. Apalagi dengan bebasnya penggunaan sosial media semakin banyak korban yang di salahkan. Ini terjadi karena di sosial media netizen bisa bebas berekspresi walaupun ekspresi itu tidak baik.
Hal ini terjadi kepada salah satu teman saya yang berkuliah di universitas airlangga. Teman saya yang namanya tidak akan saya sebut cukup terkenal di Instagram. Dia adalah seorang vlogger yang memiliki banyak follower di Instagram. Karena dia vlogger tentu saja wajahnya mudah untuk ditemukan di sosial media. Tetapi karena itu juga banyak orang yang menggunakan kemudahan itu untuk hal hal yang tidak baik. Mereka mengambil foto dia tanpa izin dan mengubahnya menjadi editan yang jelek dan disebarkan di sosial media.
Menurut saya itu sudah termasuk kategori bullying lebih tepatnya cyberbullying. Apa yang mereka lakukan itu sudah mencemar nama baik teman saya. Dan tentu saja teman saya merasa sedih terhadap itu karena dia juga sebenarnya tidak bisa berbuat banyak. Tentu dia bisa melaporkan akun akun yang membagi editan-editan tersebut tetapi itu tidak akan sepenuhnya menghilangkan oknum-oknum yang beredar. Kemudahan untuk berperilaku bebas di sosial media memberi kesempatan kepada para oknum untuk menjatuhkan orang lain tanpa khawatir di hukum karena anonimitas.
Sebenarnya saya kira bullying yang teman saya hadapi hanya di sosial media saja, ternyata terjadi sebuah kejadian yang membenarkan saya. Disaat kami para maba di beri materi tentang cyberbullying. Teman saya menyampaikan pengalamannya terhadap cyberbullying tersebut dan ingin meminta saran kepada pemberi materi. Tiba-tiba ada seorang mahasiswa tanpa sopan santun berdiri dari kursinya dan mulai menyalahkan teman saya karena mengupload foto dirinya di sosial media. Seketika teman saya menangis dan keadaan kelas menjadi ricuh. Sang provokator dihampiri oleh mahasiswa lain dan hampir terjadi baku hantam. Yang saya apresiasi adalah seberapa cepatnya situasi diredakan oleh para panitia. Mereka dengan sigap langsung menangani situasi sebelum masalah semakin membesar.
Tetapi dengan kejadian ini saya mengerti bahwa tidak semua orang berpendidikan memiliki niat baik. Seperti mahasiswa tersebut, dia sudah masuk ke universitas airlangga dengan tantangannya sendiri tetapi belum masa kuliah pun sudah terkena masalah hanya karena ingin menyalahkan seseorang. Saya mengerti bahwa adanya perbedaan pendapat, tetapi ada juga waktu dan tempat dimana kita bisa menyampaikan pendapat itu. Saya juga mengerti seberapa parahnya kondisi masyarakat Indonesia saat ini. Disaat korban sedang tidak merasa baik karena di bully, daripada di bantu mereka malah di salahkan oleh orang-orang.
Sebenernya masalah ini sudah ada sejak lama tetapi semakin lama semakin banyak dan semakin parah kasus yang bermunculan. Pemerintah sudah berupaya untuk mengatasi hal ini seperti memberikan sanksi kepada para oknum yang bertindak di sosial media. Tetapi karena anonimitas para oknum masih bebas berkeliaran di sosial media tersebut. Apalagi dengan bertambahnya kasus yang beredar di sosial media semakin sulit untuk ditangani oleh pemerintah.
Untuk saat ini hal yang bisa kita lakukan adalah memberi dukungan kepada para korban bullying tersebut. Bisa secara langsung maupun secara tidak langsung. Contohnya membuat postingan peduli terhadap korban, membalas postingan mereka dengan hal hal positif, dan lain lain. Dengan itu setidaknya para korban bisa merasa lebih tenang karena ada yang peduli dengan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H