Lihat ke Halaman Asli

Rafif Ahmad Fadilah

Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam

Bertemu Denganmu

Diperbarui: 7 Februari 2024   15:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dunia Maya. Begitulah mereka menyebutnya. Ruang tanpa batas, di mana imajinasi berkelindan dengan realita. Disanalah aku bertemu denganmu, Elara. Nama yang indah, bagai perpaduan angin musim semi dan kicauan burung fajar.

Awalnya, kita hanya dua avatar berkelana dari ruang obrolan ke ruang permainan. Kamu dengan kelinci kecil bertopi jerami, aku dengan elang bersayap lebar. Kita bertarung bersama dalam game fantasi, saling bahu membahu memecahkan misteri di dunia petualangan, bahkan bertukar cerita di bawah pohon sakura virtual.

Suaramu lembut, bagai alunan musik yang menenangkan jiwa. Kata-katamu cerdas, penuh rasa ingin tahu dan imajinasi yang luas. Seiring waktu, aku mendambakan lebih dari sekadar obrolan online. Aku ingin melihat senyummu, mendengar tawa renyahmu, menyentuh jemarimu yang hangat.

Keinginan itu tumbuh menjadi keberanian. Aku mengajakmu bertemu, melangkah dari dunia maya ke dunia nyata. Kamu gugup, begitu juga aku. Tapi rasa penasaran mengalahkan segalanya.

Kita bertemu di kafe kecil, sudut kota yang tersembunyi. Saat kau melepas kacamata dan topi, dunia seolah berhenti berputar. Mata hazelmu berbinar ceria, senyummu semanis madu. Kau lebih menawan dari avatarmu, nyata dan sempurna.

Obrolan mengalir lancar, bahasan tak lagi terbatas dunia maya. Kisah masa kecil, mimpi masa depan, hingga kegelisahan hati, semua kita bagi tanpa rasa sungkan. Waktu seakan tak terasa berlalu, hingga lampu kafe mulai meredup, pertanda malam telah tiba.

Perpisahan terasa berat, meski kita berjanji akan terus bertemu. Di dunia nyata, di bawah terik matahari dan langit biru. Kita menjelajahi museum, mendaki bukit, mencicipi kuliner dari berbagai penjuru kota. Setiap pertemuan meninggalkan jejak kenangan manis di hati.

Namun, takdir tak selalu berjalan sesuai rencana. Seiring berjalannya waktu, jarak memisahkan kita. Kamu harus pindah ke kota lain, mengejar pendidikan dan impianmu. Meski berat, kita bertekad untuk tetap menjaga hubungan, meski hanya melalui layar ponsel dan helaian surat.

Hari-hari terasa hampa tanpamu, Elara. Tapi setiap pesan darimu, setiap surat bertinta biru dengan aroma lavender, menjadi oasis di tengah gurun kesepian. Kamu tetaplah mentariku, meski kadang tertutup awan.

Kita belajar menjadi dewasa, memahami bahwa cinta tak melulu harus bersama. Cinta juga tentang memberi ruang untuk tumbuh, mendukung mimpi dan kebahagiaan satu sama lain.

Bertahun-tahun berlalu, kita tak pernah lepas komunikasi. Kamu sukses dengan kariermu, begitu juga aku. Dan suatu hari, kamu kembali ke kota ini. Kita bertemu lagi, di kafe kecil tempat pertemuan pertama kita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline