Lihat ke Halaman Asli

Rafif Ahmad Fadilah

Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam

Jika Memang Ini Akhirnya

Diperbarui: 7 Februari 2024   10:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hujan November turun dengan murung, seolah berkabung untuk perpisahan yang akan terjadi. Aku berdiri di ambang pintu, menatap punggung tegap Bara yang kian jauh menyusuri jalanan berbatu. Tas ranselnya tampak semakin berat, tak hanya muatan barang, tapi juga beban kenangan enam tahun kebersamaan kami.

Bara, pacarku, sahabatku, kini menjadi orang asing yang akan pergi mengejar mimpi di negeri seberang. Keputusan yang kami sepakati, namun hatiku tak kunjung bisa ikhlas.

"Hujan deras, kamu di depan terus," suara lembut Mama menghentikan lamunanku. Beliau mengulurkan selendang, senyumnya meski dipaksakan tetap hangat. "Peluk dia sebelum dia hilang di tikungan."

Aku mengangguk, melangkah lunglai mendekati Bara yang berhenti saat melihatku. Hujan membasahi wajah kami, tak mampu membendung air mata yang mengalir di pipiku. Pelukan kami erat, diselingi isakan tertahan dan bisikan doa yang tak berani terucap.

"Janji kamu nggak lupa sama aku, ya?" suaraku parau.

Bara terkekeh, meski matanya berkaca-kaca. "Lupa sama ingatan manis di pohon beringin belakang sekolah? Lupa sama janji kita buat album foto masa muda? Ngga mungkinlah, Ra."

Kami berpegangan tangan, tatapan tak ingin lepas. Bara menyelipkan helaian rambutku yang basah di belakang telinga, gestur yang biasa dia lakukan dan kini terasa amat menyayat.

"Kalau memang ini akhirnya, Ra, anggap saja ini jeda," ujarnya lirih. "Kita tetap punya masa depan, entah kapan dan seperti apa bentuknya."

"Jangan ngomong 'kalau'," sergahku cepat. "Kamu harus janji balik ke sini."

Bara tersenyum lagi, lembut dan penuh harap. "Pasti. Aku bakal balik kalau kamu masih nungguin aku."

Mobil yang akan membawa Bara menjauh sudah menunggu di ujung jalan. Dia mengulur tangan, mengajakku ikut bersamanya. Aku tahu, kesempatan ini takkan terulang. Tapi kakiku berat melangkah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline