Lihat ke Halaman Asli

Rafif Ahmad Fadilah

Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam

Kebaikan Tahun Ini

Diperbarui: 6 Februari 2024   14:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Udara musim dingin menusuk hingga ke tulang. Nita mengembuskan napas putih, tangannya menggenggam erat dompet kosong. Malam semakin larut, perutnya pun sudah mulai berbunyi. Langkahnya gontai menyusuri jalanan sepi, memikirkan bagaimana ia bisa bertahan hingga esok.

Nita baru saja dipecat dari pekerjaannya. Pencarian kerja belum membuahkan hasil, sementara uang tabungannya sudah menipis. Dia teringat janjinya kepada adik kecilnya, Rino, untuk membuat kue cokelat spesial di ulang tahunnya nanti. Tapi bahan-bahan kue terasa seperti barang mewah yang tak terjangkau saat itu.

Tiba-tiba, Nita melihat cahaya redup di kejauhan. Sebuah toko roti kecil masih buka. Kerinduan akan kehangatan roti baru menggelitik perutnya. Ia melangkah masuk dengan ragu-ragu. Aroma cokelat dan vanila menyambutnya, semakin menusuk rasa laparnya.

Pemilik toko, seorang kakek ramah, tersenyum padanya. Nita tertunduk malu, tak bisa menyembunyikan kesedihannya. Kakek itu memperhatikannya, lalu bertanya dengan lembut, "Ada yang bisa kakek bantu, Nak?"

Nita bercerita tentang keadaannya dan harapannya untuk membuat kue ulang tahun adiknya. Sang kakek mendengarkan dengan seksama, matanya memancarkan kebaikan.

"Jangan sedih, Nak," kata kakek itu. "Tahun ini, kebaikanlah yang menjadi hidangan utama. Ambillah bahan-bahan ini untuk kue adikmu."

Kakek itu memberikan Nita kantong berisi tepung, cokelat, telur, dan bahan-bahan lainnya. Nita tercengang, matanya berkaca-kaca.

"Tapi, kek, saya tidak punya uang," ucapnya lirih.

Kakek itu tersenyum. "Anggap saja ini hadiah ulang tahun untuk kakek. Buatlah kue terlezat untuk adikmu dan sebarkan kebaikan kepada orang lain, ya. Itulah hadiah terbaik untuk kakek dan tahun ini."

Nita pulang dengan hati penuh haru. Kantong belanjaan terasa ringan, tapi hatinya dipenuhi kehangatan. Malam itu, ia membuat kue cokelat dengan cinta dan harapan.

Keesokan harinya, Nita mengunjungi panti asuhan anak-anak. Ia membawa kue cokelat buatannya dan berbagi cerita tentang kebaikan kakek penjual roti. Senyum ceria anak-anak panti menghapus gurat sedih di wajah Nita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline