Lihat ke Halaman Asli

Rafif Ahmad Fadilah

Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam

Topi Terbaik, tapi Bukan Untukku

Diperbarui: 12 Februari 2024   13:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah desa kecil di kaki gunung, tinggallah seorang gadis bernama Laras. Laras terkenal dengan keahliannya merajut topi. Topi buatannya selalu indah dan unik, dan banyak orang dari desa lain datang untuk membelinya.

Suatu hari, seorang wanita tua datang ke desa Laras. Wanita itu membawa benang wol yang sangat halus dan berkilauan. Dia meminta Laras untuk merajut topi terbaiknya dari benang itu. Laras senang sekali. Dia tak pernah melihat benang wol secantik itu sebelumnya.

Laras merajut topi dengan penuh semangat. Dia menggunakan pola yang rumit dan indah. Hari demi hari, dia bekerja keras, dan akhirnya topi itu selesai. Topi itu sangat cantik. Benang wol berkilauan di bawah sinar matahari, dan polanya terlihat begitu sempurna.

Wanita tua itu sangat senang dengan topi itu. Dia memberikan Laras banyak uang sebagai imbalan. Laras senang sekali. Dia bisa membeli makanan dan pakaian baru untuk keluarganya.

Namun, Laras merasa ada yang aneh. Dia tak merasa senang dengan topi itu. Dia merasa topi itu bukan untuknya. Topi itu terlalu indah dan sempurna. Laras merasa dia tak pantas memakainya.

Suatu hari, Laras bertemu dengan seorang anak kecil yang sedang menangis. Anak itu kehilangan topinya. Laras merasa kasihan kepada anak itu. Dia memberikan topi terbaiknya kepada anak itu. Anak itu sangat senang. Dia mengucapkan terima kasih kepada Laras dan berlari dengan riang.

Laras tersenyum. Dia merasa lega. Dia tahu bahwa topi terbaiknya bukan untuknya. Topi itu untuk orang yang membutuhkannya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline