Lihat ke Halaman Asli

Rafidah Mahmud

Mahasiswa Ilmu Hukum di Universitas Airlangga. Tergabung dalam Badan Semi Otonom ILSA Chapter Unair sebagai staff Social Project

Sisi Gelap di Balik Penciptaan Sebuah Produk

Diperbarui: 16 Juni 2022   14:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Sejak zaman dahulu, hewan merupakan ciptaan-Nya yang memiliki banyak peranan penting dalam membantu manusia dari melakukan berbagai macam kegiatan hingga memenuhi kebutuhan hidup dalam berbagai aspek. Seiring berjalannya waktu, hewan tidak hanya dijadikan alat bantu transportasi, alat bantu kegiatan pekerjaan, pemenuhan sandang pangan ataupun sebagai hiburan. Namun, hewan juga sering dijadikan dalam penelitian yang biasa dikenal dengan hewan coba. 

Hal ini dianggap sebagai sarana untuk kepentingan penelitian baik di laboratorium maupun dalam skala yang lebih besar dan luas, sehingga dapat menunjang kualitas hidup hewan maupun manusia di masa yang akan datang. Peranan penting hewan dalam sebuah uji coba diharapkan dapat membantu meningkatkan pengetahuan dan juga memberikan kontribusi dalam menemukan solusi terkait permasalahan biologis dan biomedis baik pada manusia maupun hewan (Andersen & Winter 2019).

Walaupun dapat memberikan banyak manfaat, hal ini banyak ditentang oleh masyarakat. Menurut mereka, hal ini melanggar hak asasi hewan (animal rights), dimana hewan tidak seharusnya dikembang biakkan untuk dieksploitasi terutama sebagai bahan percobaan atau disalahgunakan dengan cara apapun. Seringkali beredar bahwa praktek percobaan pada hewan terkadang diiringi dengan tindakan yang kurang menyenangkan seperti penyiksaan.

Lebih dari 115 juta hewan (sebagian besar tikus, kelinci, kucing, anjing, gorilla, dsb) menjadi bahan objek percobaan. Tindakan yang biasa mereka lakukan ialah menuangkan zat-zat kimia ke badan hewan untuk diteliti reaksi terhadapnya. Alhasil, apabila belum menghasilkan yang sesuai dengan harapan, hal itu akan terus berulang hingga terkadang menyebabkan sejumlah kematian dalam jumlah besar. Hal ini memang terdengar sangat tidak manusiawi. Belum lagi ditambah dengan beberapa peneliti melakukan tindakan kasar yang dapat membuat stress para hewan seperti memberikan tempat dan memperlakukan hewan dengan tidak layak.

Para hewan mungkin tidak bisa berbicara, sehingga para peneliti menganggap mudah karena mereka tidak perlu ribet terhadap sebuah kesepakatan. Namun hewan juga tetaplah makhluk hidup yang memiliki perasaan dan dapat merasakan sakit. Menguji hewan terhadap bahan bahan kimia saja sudah termasuk tindakan yang kurang manusiawi, lalu ditambah dengan penyiksaan sebelum dan pasca pengujian.

Kodrat hewan bukanlah untuk dijadikan bahan uji coba. Mereka berhak hidup bebas dan bahagia serta berkembang biak di alam bebas. Hewan yang juga dapat dijadikan sandang pangan pun juga harus diperlakukan dengan baik. Setidaknya berikan kenyamanan yang layak sebelum mereka menemui ajalnya. Humans don't deserve animals, they’re too kind to fulfill human needs without any agreement beforehand. Hal yang dapat dilakukan selain melakukan kampanye against the animal cruelty product ialah tidak harus menjadi vegetarian, tetapi kita harus pintar dalam memilih produk sebelum berbelanja.

Wahyuwardani, S., Noor, S. M., & Bakrie, B. Etika Kesejahteraan Hewan dalam Penelitian dan Pengujian: Implementasi dan Kendalanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline