Hai guys!
Kali ini aku mau membahas tentang bagaimana sih di lingkungan pesantren ini dapat digunakan sebagai model enterpreneuship yang tetap memegang nilai ajaran islam dan nantinya membekali santri untuk siap bekerja,berdaya saing,dan menjadi pengusaha serta terwujudnya generasi emas di tahun 2045. Nah ngomongin tentang pesantreen nih di zaman yang sudah berkembang,modern ini bukan lagi yang hanya bberfokus pada mengaji dan menghafal Al-Qur'an. Coba bayangin nantinya di tahun 2045 Indonesia bakalan punya bonus demografi yang luar biasa karena banyak anak muda dengan usia produktif yang siap kerja. Nah tapi yang jadi pertanyaanya apakah mereka semua menjadi pekerja atau yang menciptakan lapangan kerja?
Dari sini aku melihat bahwasanya pesantren memiliki potensi yang sangat besar untuk bisa jadi tempat atau wadah entrepreneur muda yang keren. Kenapa? Ya karena pesantren tuh pasti punya resep rahasia yang nggak dipunya Lembaga Pendidikan lain. Karena dipengaruhi dari factor kedisiplan dan etika yang sudah diajarkan dna tertanam kuat pada santro,relasi alumninya yang solid banget, serta adanya latar belakang bekal agama yang dapat dijadikan pondaasi bisnis yang Amanah, syariah (berpegang teguh pada nilai ajaran islam).
Kalau dipikir-pikir nih banyak banget lulusan dari pesantren yang dipandang sebelah mata karena kebanyakan menganggap anak pesantren itu nggak modern, ketinggalan zaman. Padahal tuhkalau didesain ulang sistem Pendidikan yang ada di pesantren dengan menambahkan unsur kewirausahaan yang modern bisa menjadikan game changer karena di satu sisi santri tetap bisa mengaji,menuntut ilmu agama dan dibersamai belajar business plan,digital marketing hingga finanacial technology. Dan sekarang udah makin banyak pesantren yang sadar akan potensi ini. Bahkan ada juga beberapa pondok pesantren yang memiliki market sendiri,bahkan memasukkan jualannya melalui e-commerce. Ini tuh bisa dijadikan bukti kalua nilai gtradisional yang ada pada pesantren bisa banget di kolaborasikan atau dihubugkan dengan kewirausahaan modern. Jadi tetap memegang nilai-nilai agama untuk bekal akhiratnya dan untuk bekal di dunia terutama di zaman yang makin modern,serba canggih. Yang akhirnya menjadi seimbang
Tapi perlu diketahui juga pastinya ada tantangan atau kontranya. Entah itu dari pengurus pesantrek,santri,orang tua, bahkan ustadz dan ustadzahnya. Tidak dapat dipungkiri juga bahwa masih banyak yang memiliki pemikiran jika kita berbisnis atau berwirausaha tuh hanya peduli pada urusan duniawi saja. Padahal tuh enggak! Karena Rasululullah pun dulu juga menjadi pedagang dan tetap menjalankan jaran islam dan memegang teguh nilai-nilai islam dalam berdagang maupun pengamalan ibadah setiap harinya. Selain tertanamnya mindset "jika berbisnis itu hanya memikirkan duniawi" ada juga nih tantangan lain seperti kurangnya fasilitas untuk melakukan praktik wirausaha. Kurangnya pemahaman SDM yang faham tentang bisnis di era modern tapi tidak melanggar aturan islam.
Maka dari itu gais disinilah letak pentingnya inovasi dalam perencanaan startegis Dimana pesantren memerlukan pembuatan roadmap yang jelas mengenai mau dibawa kemana santri -- santri ini dalam 5,10 atau 20 tahun kedepan?. Bisa dibayangkan juga pesantren menjadi "startup incubator" versi syariahnya. Dimana santri tidak hanya belajar fiqih muamalah secara teorinya saja namun juga mengimplementasikannya yang nantinya mendapatkan keuntungan yang halal.
Jika pesantren mengamalkan adanya pengembangan model enterpreneuship dengan memberdayakan santrinya menuju generasi emas 2045 yang digadang gadang usia produktif mereka nantinya siap kerja, bisa membuat program program yang sejalan dengan kewirausahaan salah satunya bisa membuat program dengan judul santripreneur club yang dapat dijalankan dengan mengundang narasumber narasumber pengusaha yang sukses teutama dari lulusan pesantren. Agar bisa mmebuka mata bahwa lulusan santren juga bisa berbsinis dana tidak menutup kemungkinan untuk berbisnis. Atau juga bisa membuat program market day yang Dimana pesantren praktik atau terjun langsung di Masyarakat untuk menjualkan produknya Dan untuk pesantren yang Sudah punya Nama atau banyak dikenal secara luas bisa memanfaatkan melakukan kolaborasi dengan startup besar untuk memberikan pelatihan digital marketing atau finansial teknologinya.
Seperti yang sudah dibicarakan diatas bahwa program preneurship di peantren tetap harus memegang teguh nilai-nilai islam. Jadi santrinya tidak hanya mempelajari teorinya tapi juga bagaimana caranya mencari keuntungan dari produk yang dijual tapi keuntungan igu didapatkan dari hasil yang halah dan berkah. Menurutku ini sih yang bisa dijadikan nilai plus lulusan pesantren dibandingkan lulusan yang bukan dari pesantren.
Jika nantinya program entrepreneurship di pesantren dapat berjalan dengan baik, akan memberikan dampak yang luar biasa untuk Indonesia di tahun 2045 nantinya. Coba deh temen temen bayangin dari banyaknya pesantren yang ada di Indonesia jika masing-masing pesantren mencetak 5-10 entrepenur yang sukses di tiap tahunnya. Akan sebanyak apa tuh lapangan kerja yang tercipta? Yang menariknya lagi nih astinya banyak banget. membantu perekonomian di Indonesia dan mengurangi pengangguran yang ada. Seiring berjalannya waktu nanti pesantren dapa dijadikan role model mengenai cara berbsinis yang halal,berkah tapi tetap mendapatkan keuntungan. Hal ini penting untuk negara Indonesia yang mayoritas beragama muslim.
Lalu Dimana letak Bonus demografinya? Letak bonus demografi 2045 ini bisa menjadi bencana atau keberkahan. Hal ini tergantung dari bagaimana cara kita menyiapkan para generasi muda berbisnis dari sekarang. Jikalau pesantren sukses membuat gebrakan baru dapat dijadikan transformasi pusat pengembangan entrepreneur muda Indonesia bakalan punya pasukan wirausahawan yang ngga Cuma jago berbisnisnya namun tetap imbang dengan akhlak bagus yang dimiliki santri. Gimana gimana, keren banget kan?
Saat ini sudah banyak pesantren modern yang membolehkan santrinya membawa HandPhone,laptop dana alat komunikasi digtal lainnya yang dapat digunakan modal belajar entrepreneurship. Karena di era yang serba digital ini sebenarnya perfect timing buat pesantern karena barrier to entry untuk memulai bisnis jauh lebih rendah. Santri bisa belajar digital marketing melalui Youtube,TikTok,Instagram,Canva untuk mendesain dan masih banyak lainnya. Dengan santri yang belajar secara mandiri perlunya diimbangi dengan program pesantren yang mendukung entrepreneurship mereka seperti yang sudah dikatakan diatas yakni bisa mengundnag pembiacra pengusaha sukses, atau pelatihan secraa berkala. Belum lagi nih potensi kolaborasi antar pesantren juga dapat memberikan keuntungan dan peluang karrena menciptakan jaringan bisnis santri yang saling support satu sama lain tapi juga memperkuat ukhuwah para santri.