Lihat ke Halaman Asli

Rafi Akbar

Mahasiswa

Edukasi Kepemimpinan Era Milenial vs Disintegrasi

Diperbarui: 23 November 2023   23:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kepemimpinan merupakan suatu hal penting yang harus dimiliki oleh setiap individu sebagai modal dalam hidup berkelompok. Kepemimpinan juga dimaknai sebagai proses mempengaruhi tidak hanya dari pemimpin kepada pengikut atau satu arah melainkan timbal balik atau dua arah . Setiap manusia, suatu saat pasti akan menjadi pemimpin, baik itu memimpin dirinya sendiri atau juga memimpin orang lain. Oleh karena itu, kepemimpinan juga teramat penting dimiliki oleh kaum muda yang biasanya dikenal dengan sebutan Milenial atau Generasi Z.

Milenial berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia berkaitan dengan generasi yang lahir pada tahun di antara tahun 1980 hingga 2000. Itu berarti milenial merupakan generasi yang saat ini terdiri dari kaum muda. Kaum muda merupakan penerus kehidupan bangsa yang diharapkan mampu membawa perubahan ke arah yang jauh lebih baik.

Milenial dan kepemimpinan merupakan isu yang sangat penting yang perlu diperkuat dan dipertemukan karena pengikut negara ini adalah kaum milenial. Kepemimpinan sangat perlu ditumbuhkan pada generasi milenial agar ketika suatu saat nanti mereka menjadi pemimpin, mereka dapat menghormati pendapat orang lain, menghargai perbedaan yang ada, serta mengedepankan persatuan atau integrasi. Mengutamakan kepentingan bersama seluruh anggota masyarakat dibandingkan keinginan pribadi, dimana sering kali dapat merugikan oranglain.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, integrasi memiliki arti pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat. Lawan kata dari integrasi adalah disintegrasi yang memiliki arti perpecahan. Tidak ada satu pun negara yang menginginkan adanya perpecahan pada negaranya. Maka dari itu, untuk melawan disintegrasi, diperlukan kepemimpinan yang kuat pada diri penerus kehidupan suatu negara.

Disintegrasi dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti tidak meratanya pendidikan, kurangnya kesejahteraan sosial, atau kurang meratanya pembangunan. Pemimpin yang kurang memperhatikan keinginan dan masukan dari rakyatnya juga berpotensi mengakibatkan terjadinya perpecahan. Selain itu, disintegrasi juga dapat disebabkan oleh kebiasaan yang buruk di media sosial seperti perundungan (bullying).

Mengutip sumber dari Sindonews.com, berdasarkan Penilaian Siswa Internasional atau OECD Programme for International Student Assessment (PISA), sebanyak 41 persen siswa Indonesia dilaporkan pernah mengalami perundungan, setidaknya beberapa kali dalam sebulan. Persentase angka perundungan siswa di Indonesia ini berada di atas angka rata-rata negara OECD sebesar 23 persen. Hal ini menjadi sangat miris sekali, karena kasus ini terjadi pada anak-anak usia sekolah yang harapannya di hari kemudian akan menjadi pemimpin di negara ini.

Banyaknya kasus bullying yang terjadi di kalangan para pelajar sebagai generasi milineal terutama generasi Z, mengindikasikan kurangnya edukasi tentang kepemimpinan terhadap mereka. Belum lagi dengan perundungan yang dilakukan melalui media sosial atau cyberbullying mengingat beberapa waktu belakangan kegiatan belajar mengajar dilaksanakan secara daring. Hal ini menimbulkan spekulasi serta kekhawatiran, bahwa sebelum memimpin negara saja generasi milenial sudah berpotensi untuk terpecah belah, bagaimana jika nantinya generasi ini memimpin negara yang memiliki ragam budaya dengan beragam perbedaan-perbedaan yang ada.

Indonesia merupakan negara dengan 34 provinsi yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Pada setiap provinsi ini, terdapat ragam suku, budaya, bahasa, dan agama. Dengan saling memahami satu sama lain, maka terciptalah integrasi nasional dalam Indonesia serta berpegang teguh pada Bhinneka Tunggal Ika, maka sirna lah semua perbedaan, melebur dalam satu nama, Indonesia.

Hal inilah yang seharusnya dapat dipahami oleh generasi milenial, bahwa dengan adanya ragam perbedaan, akan memberikan kekuatan bagi bangsa.

Edukasi kepemimpinan tidak saja memberikan pengetahuan tentang menghormati perbedaan, namun juga membentuk karakter yang dapat mendorong generasi muda sekarang menjadi seorang pemimpin yang paham bagaimana memberikan pengaruh yang baik pada orang yang dipimpinnya. Edukasi kepemimpinan juga dapat mengarahkan seseorang untuk berpikir tentang metode peletakan ragam perbedaan pada satu wadah, agar tidak ada bagian wadah yang kosong sehingga memperlihatkan kesenjangan karena perbedaan lalu menimbulkan perpecahan atau disintegrasi.

Kepemimpinan tidak akan baik jika seorang pemimpin tidak mampu melihat suatu perbedaan sebagai kekuatan. Kekuatan yang dimaksud adalah seperti saling melengkapi kekurangan dengan perbedaan yang ada. Dengan saling melengkapi kekurangan, maka akan timbul suatu integrasi atau persatuan yang kuat, dan persatuan karena perbedaan seperti inilah yang dibutuhkan oleh Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline