Ban lama sudah usang butuh ganti yang baru, uang saya tidak seberapa tapi nasib begini terus. Kata orang kalau sudah begini syukuri saja. Bagaimana mau disyukuri belum rampung seminggu menjejak, ban sudah bocor tiga kali, padahal makan cuma 2 kali sehari, ahh sial sekali hidup. Belum lagi dikutuk disumpahi eros sebab saban hari cuma jadi pecundang melarat yang merongrong orang tua.
Beli ban baru mana ada uang, tapi masih untung lah punya dua kaki yang sehat sentosa. Orang lain belum tentu bersyukur sepertimu diberi kaki sehat untuk mendorong motor, yaa kalau - kalau ban bedebah ini bocor lagi. Disamping kuliah yang tak pernah rampung, jalani saja kata mama saya. Tak usah banyak meminta lebih, pakai saja yang ada. Itu kata - kata yang selalu keluar dari bapak bersamaan nasib melarat ini.
Ban motor kembali bocor pada minggu siang, sial sekali intuisi berkata lembut. Sungguh kalau seperti ini terus sama saja saya membuat tukang tambal ban tambah kaya dan saya semakin melarat. "Banmu ini hamil, melendung soalnya seperti ibu hamil, kalau ditambal pasti bocor lagi karena sudah usang" kata tukang tambal ban yang sok tahu. "berarti saya harus ganti ban baru" kata saya ramah "tentu saja dan harganya empat puluh lima ribu" . Kata - kata itu mengiang dalam kepala saya.
Mungkin bagi sebagian orang uang empat puluh lima ribu itu tidak seberapa. Tapi bagi saya itu sangat berarti sekali. Cukup untuk makan tiga kali sehari, dengan lauk yang enak. Jika begini terus lebih baik tidak punya motor sekalian, tapi motor terlampau penting seperi kaki saja. Dapat dikendarai kemanapun sesuka hatimu. Barangkali dari sabang sampai marauke. Tetapi itu terlalu muluk, perjalanan jauh ya pakai saja pesawat atau kapal laut.
Ban dan motor seperti sepasang kekasih, jika diibaratkan harus selalu bersama kemanapun hinggap dan sejauh apapun itu kelana. Motor tanpa ban tak dapat menjelajah. Ban tanpa motor tak dapat ditumpangi. Ini sudah satu kesatuan tak dapat dielakan lagi. Tapi masa bodolah. Bocor ya tetap bocor. Tetap sesuatu yang tak mengenakkan.
29 November 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H