Lihat ke Halaman Asli

Rafi Faizal Rohman

Kelabu menghina kalbu

Kritik Seni Pertunjukan Mastadon Burung Kondor Sutradara Ken Zuraida

Diperbarui: 25 April 2021   09:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

id.lif.co.id

Artikulasi oleh Josekarosta, Letnan, Gloria delbianto, Glores aros, Fredierico, Gelandangan dengan dua anak, Fabiola, Pakdre, Carlos, Fernandes, Kolonel, Professor, Mayor ramos, Valdes. Untuk setiap tokoh masing -- masing mempunyai cirikhas, dan cukup menarik memiliki arikulasi yang jelas selama teater. Dewasa ini penekanan suara harus diperhatian.


Pada bahasa tubuh yang dilakukan para tokoh cukup memuaskan hasrat dimulai dari awal cerita hingga akhir. Dengan pakaian yang digunakan tokoh memberi kesan siapa sebenernya tokoh yang ia perankan. Untuk kostum atau pakaian burung kondor lumayan membuat bingung. Pada awal saya kira ini cerita suku indian yang mencoba mempertahankan tradisi namun ternyata cerita satire tentang rezim, apikk lahh pokoknya. Unsur penjiwaan pada tokoh memberikan suatu hal yang baru karena penjiwaan akan lakon yang dimainkan begitu apik. Teknik yang mendukung ketika tokoh JoseKarosta membacakan sajak burung kondor. Memberikan gambaran tentang burung kondor yang terbang berkelana ke gunung dan suka makan batu.


Pada segi set panggung ditata dengan begitu artistik dan mengagumkan didukung oleh pencahayaan dan sound  etnik. Menjadikan teater yang disutradarai ken zuraida pecah engga ada duanya. Belum lagi make up yang digunakan secukupnya jadi tidak mencolok. Dengan begitu drama teater Mustadon dan burung kondor yang sudah tidak dipentaskan akhirnya dipentaskan lagi oleh ken zuraida istri almarhum Ws.Rendra.


Drama ini merupakan satir rezim orde baru yang mengambil alih kekuasaan dengan dalih keamanan negara. Siapa sangka pada awalnya Kalau drama ini merupakan sebuah gambaran masa itu. Tapi jika ditelaah lebih dalam drama ini bagus sekali dengan mengambil latar amerika latin. Konflik yang terjadi antara mastodon dan burung kondor merupakan pemerintah yang rakus dengan masyarakat yang tertindas.


Yang menarik dari teater ini adalah pengolahan konflik yang terjadi dikalangan mahasiswa. Secara garis besar antara Jose Karosta dan Frederico. Frederico mengatakan yang dibutuhkan negaranya saat ini adalah revolusi. Revolusi jadi satu-satunya obat penyembuh luka bagi bangsanya yang sudah bertahun-tahun menderita. Mereka menyebutnya Revolusi Semesta Bersatu. Berbeda dengan Jose Karosta, dia konsisten dengan idealismenya, masyarakat harus memiliki kematangan kesadaran akan sebuah perubahan.


Untuk pada plot, jalan cerita mudah pahami tidak bertele -- tele sehingga orang awam dapat menikmati pementasan mastodon dan burung kondor. Berdasarkan kronologis dari awal cerita, tengah cerita, akhir cerita disajikan dengan pengemasan rapih. Struktur bagian -- bagian pengenalan hingga anti klimaks mempunyai karakteristik tersendiri.


Tokoh JoseKarosta pemuda yang memahami keadaan pelik negerinya, mencoba menggambarkan keadaan negaranya melalui sajaknya burung kondor. Walau begitu ia dianggap cengeng karena selalu bercengkerama pada sajak sajaknya. Pula ia berseberangan oleh kaum revolusioner seperti Frederico dan kawan -- kawannya. Yang dari Pada itu JoseKarosta sepemikiran dengan Kautsky bahwa untuk mencapai kemerdekaan harus menunggu kematangan rakyatnya untuk mengubah sistem pemerintahan.


Frederico pemuda fanatik terhadap revolusi, semua pergerakan yang dikendalikan Frederico menjadi pecah. Menjalankan segala cara untuk mencapai kemerdekaan atas kepemimpinan carlos. Ia juga menjebloskan josekarosta kepenjara demi revolusi. Yang dengan ini ia seperti tokoh Rosa Luxemburg yang memegang teguh revolusi untuk menggulingkan pemerintahan.


Carlos yang memimpin pemerintahan yang memiliki misi pembangunan ekonomi, sebelumnya ia telah mengambil alih kekuasaan dengan dalih keamanan negara. Carlos mengijinkan modal asing, menertibkan kampus -- kampus untuk tidak melanggar ketetapan -- ketetapan pemerintah. Siapapun yang yang melanggar akan dimasukkan ke dalam sel.


Sosok Padre sebagai penasihat sekaligus pemberi masukan pada JoseKarosta, membawa dampak positif untuk membangun karakter JoseKarosta. Padre selalu membawa gitar dan menyanyikan lagu -- lagu. Jika dilukiskan ia seperti burung kondor yang suka sepi menyendiri. Sosok yang memainkan peran Padre begitu dapat menyesuaikan perannya selama dalam pementasan teater.


Konflik yang dibangun pada pementasan ini sudah terstruktur dengan baik. Maka dari itu sayang kalau dilewatkan begitu saja teater dengan durasi tiga jam kurang. Dengan tokoh yang mempunyai karakteristik masing  - masing yang berbeda -- beda. Semoga kedepannya teater ini dapat membangun teater yang lain pula.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline