Lihat ke Halaman Asli

Rafael Kaisar Gultom

Mahasiswa Semester 7 Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Pengunaan Kampanye Visual Oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) Dalam Membentuk Opini Publik dan Mempengaruhi Kebijakan Penyelesaian Konflik OPM

Diperbarui: 8 Desember 2024   13:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Tempo.co

Di era digital, peran teknologi informasi telah mengubah banyak aspek kehidupan, termasuk dinamika konflik dan gerakan separatis. Organisasi Papua Merdeka (OPM) adalah kelompok separatis yang memanfaatkan ini untuk memperluas jangkauan kampanyenya. 

Salah satu strategi utama mereka adalah penggunaan kampanye visual yang disebarluaskan melalui media sosial, video, dan platform digital lainnya. Artikel  ini akan membahas bagaimana OPM menggunakan kampanye visual sebagai  alat untuk mencapai kepentingannya

Pendahuluan

Kemajuan teknologi digital telah membuka peluang baru bagi berbagai kelompok sosial dan politik untuk menyampaikan pesan mereka secara global. Salah satu kelompok yang memanfaatkan teknologi ini adalah Organisasi Papua Merdeka (OPM).

 Dengan memanfaatkan media sosial dan kampanye visual, OPM berupaya membangun narasi tentang konflik Papua untuk menarik perhatian masyarakat internasional dan memengaruhi kebijakan negara-negara asing. 

Dengan transformasi ini, OPM memanfaatkan kampanye visual yang dimana merupakan framing dan propaganda yang dilakukan dengan bertujuan untuk mempengaruhi persepsi masyarakat baik internasional ataupun dalam negeri untuk kepentingan OPM.

 Perkembangan media sosial dan teknologi digital secara signifikan memperkuat kemampuan Organisasi Papua Merdeka (OPM) untuk memperluas jangkauan jaringan solidaritas mereka. 

Penggunaan media sosial memungkinkan OPM terhubung dengan kelompok-kelompok lain yang memiliki tujuan serupa, terutama yang berfokus pada isu-isu kemanusiaan dan hak asasi manusia. 

Melalui media sosial, OPM dan kelompok-kelompok separatis lainnya mampu berhubungan dengan organisasi internasional seperti LSM, kelompok advokasi HAM, dan gerakan kemerdekaan di negara lain. 

Misalnya, OPM berhasil membangun aliansi dengan organisasi di negara-negara Pasifik seperti Fiji, Vanuatu, dan Papua Nugini, yang memiliki hubungan budaya dan sejarah dengan Papua.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline