Pandemi yang terjadi pada tahun 2020, merupakan masa suram yang harus dilewati oleh masyarakat global. Pandemi tersebut berdampak pada aktivitas supply chain atau jaringan rantai pasok antara perusahaan dengan pemasoknya untuk memproduksi dan mendistribusikan suatu produk tertentu kepada konsumen yang dibatasi untuk pengurangan rasio penularan Covid-19.
Kebijakan lockdown di saat pandemi di beberapa negara, seperti China, India, Vietnam tersebut membuat banyak pelabuhan ditutup. Sehingga terjadilah kelangkaan container dan mahalnya ongkos pengiriman, karena container ini sejatinya sperti siklus hujan, dimana harus bergerak dari hulu ke hilir dan kembali lagi ke hulu. Ditambah lagi perusahaan pelayaran mengoperasikan kapal dengan jumlah terbatas ditahun 2020-2021. Hal itu mengakibatkan inflasi yang tinggi di harga cargo pengiriman hingga rastusan persen dan slot pengiriman ekspor dan impor pun terbatas.
Kelangkaan container ini diperkirakan akan terus berlanjut hingga tahun 2022. Bani Maulana, Presiden Direktur PT Samudra Indonesia Tbk, mengatakan jika harga kontainer pada tahun 2020 dihitung, maka harga kontainer naik sekitar 300% pada tahun 2021. Dia melanjutkan perkataannya, kenaikan harga container ini dapat naik mencapai 450% pada tahun 2022 dari harga normal. Selain itu, Budi Karya Sumadi yang merupakan Menteri Perhubungan menjelaskan bahwa kelangkaan dan kenaikan harga container ini juga disebabkan oleh pemogokan yang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat serta gangguan supply chain akibat pandemi. Hal tersebut mengakibatkan banyak kapal pengangkut dan kontainer yang terjebak di dua kawasan tersebut.
Kenaikan harga bahan bakar juga turut menyumbang kenapa harga kontasiner menjadi sangata mahal, dimana harga bahan bakar telah meningkat yang tadinya $600 meningkat hingga dua kali lipat. Belum lagi kenaikan biaya perawatan seperti suku cadang.
Banyak pelaku usaha mengeluhkan permasalahn tersebut, biaya yang mahal dan slot pengiriman pun juga terbatas. Padahal, Indonesia kebanjiaran permintaan pasar karena efek dari perang dagang antara China dan Amerika Serikat dan laju produksi di Indonesia dapat terbilang cukup cepat untuk memenehi permintaan pasar global. Untuk saat ini, Indonesia kekurangan 5.000 kontainer setiap bulannya untuk memenuhi pesanan dari importir luar negeri tersebut.
Permasalahan kelangkaan container ini juga sedang di usahakan oleh pemerintah guna menjaga kestabilan ekspor-impor. Upaya pertama yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi kelangkaan kontainer ini adalah dengan bekerja sama dengan ALFI dan MLO. Tujuan kerjasama ini adalah untuk mengamankan ruang bagi kapal atau kontainer. Kerjasama ini untuk mendukung industri mebel, makanan dan minuman yang ada di Indonesia.
Tidak hanya itu, pihak kemendagri juga telah memikirkan upaya jangka Panjang yang terjadi dengan cara menyediakan layanan Supply Demand Container. Layanan ini akan diatur untuk berintegrasi dengan Inatrade, yang memiliki banyak kegunaan, yaitu untuk menyediakan permintaan container untuk permintaan ekspor dan menyediakan data kontainer, di antara banyak kegunaan lainnya.
Kemendagri sangat berharap upaya multifaset ini dapat mengakhiri kelangkaan kontainer yang dapat menghambat pelaku usaha di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H