Lihat ke Halaman Asli

Menjalin Persaudaraan dalam Keberagaman: Pengalaman Berharga di Pondok Pesantren Amanah Muhammadiyah

Diperbarui: 18 November 2024   21:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto di Pondok Pesantren Amanah Muhammadiyah, Tasikmalaya/dok. pri

"Jangan pernah meremehkan kekuatan kecil dari satu langkah pertama yang diambil untuk mengubah dunia." - Nelson Mandela

Dengan lebih dari 17.000 pulau yang dihuni oleh berbagai suku, budaya, dan agama, keberagaman merupakan salah satu ciri khas yang membuat Indonesia ini begitu istimewa. Walaupun berbeda-beda, kita tetap disatukan oleh satu semboyan, Bhinneka Tunggal Ika. Berbeda dengan 79 tahun lalu, para leluhur kita yang berjuang bersama untuk mengusir para penjajah tanpa membeda-bedakan agama, ras, dan budaya, pada masa kini, kasus intoleransi seringkali terjadi di negara kita, Indonesia. Hal ini berujung pada stereotip buruk terhadap agama-agama tertentu. Ini tidak hanya merusak persatuan yang telah diperjuangkan dengan susah payah oleh para pahlawan bangsa, tetapi juga menghancurkan apa yang telah mereka bangun. Sebagaimana Bung Karno pernah berkata, "Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri." Kata-kata ini mengingatkan bahwa perjuangan untuk mempertahankan persatuan dan toleransi di tengah keberagaman merupakan tugas yang berat, tetapi sangat penting untuk kelangsungan bangsa.

Pengalaman Ekskursi di Pondok Pesantren Amanah Muhammadiyah

Pada tanggal 30 Oktober 2024 - 1 November 2024, para siswa SMA Kanisius yang dibagi menjadi beberapa kelompok yang mayoritas beragama katolik mendapatkan kesempatan untuk mengikuti kegiatan ekskursi di pondok pesantren. Pondok Pesantren Tasikmalaya Amanah Muhammadiyah dipilih untuk kelompok kami kunjungi. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan siswa pada kehidupan sehari-hari para santri di pesantren serta meningkatkan pemahaman dan toleransi agama. Pada sekitar pukul 7 pagi, kelompok kami berangkat dan setelah perjalanan 6 jam yang sangat panjang, kelompok kami tiba pada Pondok Pesantren Tasikmalaya Amanah Muhammadiyah pada pukul 1 siang. Kami disambut dengan hangat oleh para santri dan pengajar. Kelompok kami diantarkan oleh para santri menuju sebuah ruang dengan karpet yang sangat besar. Kami pun masuk satu per satu dan meletakkan tas pada kamar tersebut serta merapikan kamar yang akan digunakan sebagai tempat tidur kami selama 3 hari ke depan. 

Setelah kami selesai membereskan kamar, kami mendengar kata sambutan dari kepala sekolah pondok pesantren itu. Kemudian, kami semua diajak bermain bola basket melawan tim inti basket mereka. Walaupun kami dibantai, kami tetap bersyukur karena kami diberi kesempatan untuk bermain basket dan berkenalan dengan mereka. Selain bermain bola basket, kami juga diajak untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pencak silat mereka dan kita diajari beberapa gerakan dasar oleh guru mereka seperti tendangan lurus, t, dan sabit. Pada malam harinya, kami melakukan sharing mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan serta perbedaan cara mengajar dan kurikulum sekolah. Kami juga mendapatkan pengalaman yang berkesan yaitu kami diajari cara mengenakan sarung yang baik dan benar oleh para santri. Selain itu, terdapat juga diskusi antar agama dalam kelompok kecil dan melalui kegiatan acara ini, saya menjadi menjadi lebih tahu tentang kehidupan umat muslim dan santri. Mereka pun juga penasaran dengan kehidupan saya sebagai umat beragama katolik dan mereka bertanya mengenai jadwal ibadah kita, hari raya, makanan dan minuman yang dilarang, dll.

Pada keesokan harinya, kami dibangunkan pada pukul 5 pagi untuk sarapan bersama. Kegiatan berikutnya merupakan hal yang paling mengesankan selama kegiatan ekskursi yaitu kami mendaki gunung Galunggung bersama dan berendam di pemandian air panas alami di dekat gunung Galunggung. Terlepas dari keseruan kegiatan ini, saya merasa adanya kesatuan di antara kami bersama rasa lelah yang kami rasakan bersama. Kami bekerja sama dan saling membantu tanpa saling memandang agama. Malamnya, kami diajak untuk membantu mengajar bahasa Inggris dan juga Arab kepada para santri yang masih SD dan SMP. Kami juga mengadakan pentas seni dan kami bekerja sama membuat pertunjukan dengan salah satu guru mereka yang memiliki bakat nyanyi dan bahkan pernah mengikuti acara Indonesian idol. Walaupun terdapat perbedaan pandangan, kami masih tetap mampu bekerja sama dengan sangat baik dan mampu melakukan kegiatan nyanyi bersama dengan sangat baik.

Kehidupan para Santri

Setiap hari, kehidupan para santri di Pondok Pesantren Amanah Muhammadiyah dimulai sejak dini hari. Mereka bangun pada pukul 3 pagi untuk melaksanakan doa dan shalat Tahajud sebelum melanjutkan dengan salat Subuh berjamaah. Kehidupan mereka penuh disiplin dan kebersamaan. Para santri hanya diperbolehkan bermain ponsel saat hari libur, sehingga waktu mereka lebih banyak dihabiskan untuk belajar, beribadah, dan berinteraksi langsung dengan sesama santri. Makan malam merupakan momen kebersamaan yang sangat dinantikan. Seluruh santri berkumpul di sebuah area di luar ruangan untuk makan bersama, membicarakan berbagai hal mulai dari pelajaran hingga kehidupan sehari-hari. Suasana penuh kehangatan dan rasa kekeluargaan selalu terasa dalam setiap aktivitas mereka. Kehidupan di santri sangat berbeda dengan kehidupan saya di kota. Mereka belajar dan sudah terbiasa dengan kesederhanaan dan disiplin.

Penutup
Selama tiga hari tersebut, berbagai kegiatan telah kami lalui bersama, mulai dari doa bersama hingga diskusi keagamaan dan gotong royong. Di hari terakhir, sebelum kami meninggalkan pesantren, kami mengadakan sesi foto bersama sebagai kenang-kenangan. Tidak hanya itu, kami juga saling bertukar piagam penghargaan sebagai simbol persahabatan dan penghargaan atas kebersamaan yang telah terjalin. Momen perpisahan ini terasa begitu berat dan mengharukan karena kami telah menjalin hubungan yang erat selama ekskursi.

Pengalaman ini mengingatkan kami pada pepatah, "tak kenal maka tak sayang." Sebelumnya, kami mungkin hanya tahu sedikit tentang kehidupan di pesantren dan memiliki stereotip tertentu tentang komunitas Muslim di sana. Namun, dengan mengenal mereka lebih dekat, kami belajar untuk menghargai dan menyayangi satu sama lain, meskipun ada perbedaan di antara kami. Stereotip tentang pesantren yang seringkali negatif ternyata tidak benar. Kami merasakan secara langsung bagaimana kehidupan di sana penuh dengan kebersamaan, kedisiplinan, dan ketulusan.

Meskipun berasal dari latar belakang agama yang berbeda, pengalaman ini menunjukkan bahwa kita tetap satu dan kompak dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika. Keberagaman yang ada bukanlah halangan, melainkan kekuatan yang memperkaya kita semua. Ekskursi ini menjadi bukti nyata bahwa dengan saling memahami dan menghargai, kita dapat hidup berdampingan dengan damai, memupuk persaudaraan yang erat, dan memperkuat persatuan bangsa Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline