Di Kota Jakarta, langit tampak kelabu karena polusi udara yang semakin memburuk. Warga kota merasakan dampak buruknya setiap hari, dari sesak napas hingga penyakit yang lebih serius. Dalam dekade terakhir, polusi udara telah menjadi ancaman utama bagi kesehatan manusia dan lingkungan.
Udara yang dulu segar kini dipenuhi dengan partikel-partikel berbahaya seperti PM2.5 dan PM10, yang dapat memicu berbagai penyakit kronis. Pemerintah dan masyarakat perlu segera bertindak untuk mengatasi masalah ini demi menjaga kesehatan dan masa depan kita.
Jakarta, sebagai salah satu kota dengan polusi udara terburuk di dunia, mengalami tingkat PM2.5 yang sangat tinggi, jauh di atas batas aman yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sebagai perbandingan, kota Stockholm di Swedia memiliki tingkat polusi udara yang jauh lebih rendah. Stockholm telah menerapkan kebijakan transportasi hijau, termasuk penggunaan bus listrik dan pembatasan kendaraan bermotor di pusat kota.
Selain itu, Stockholm juga memiliki ruang hijau yang luas, yang berkontribusi pada penyerapan polutan dan penyediaan udara segar. Alhasil, kota Stockholm menjadi salah satu kota dengan udara yang paling bersih. Perbedaan mencolok ini menunjukkan bahwa intervensi yang tepat dan perencanaan kota yang baik dapat membuat perbedaan besar dalam kualitas udara yang dihirup oleh warga kota.
Polusi udara, terutama partikel halus seperti PM2.5 dan PM10, telah menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat, khususnya di daerah perkotaan seperti Jakarta. Paparan jangka panjang terhadap polusi udara dapat menyebabkan berbagai penyakit serius, mulai dari gangguan pernapasan seperti asma dan bronkitis hingga penyakit jantung dan kanker paru-paru.
Kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan penderita penyakit kronis sangat terdampak oleh kondisi ini. Selain masalah kesehatan, polusi udara juga berdampak negatif pada produktivitas ekonomi. Hal ini terjadi karena polusi udara yang menyebabkan penyakit dan mengurangi produktivitas tenaga kerja.
Selain itu, mereka juga akan dibebani oleh biaya kesehatan pada penyakit-penyakit yang disebabkan oleh polusi udara. Polusi udara juga akan memberi dampak buruk pada produktivitas ekonomi melalui sektor-sektor yang terdampak polusi udara seperti sektor pertanian dan pariwisata karena polusi udara bisa merusak tanaman dan mengurangi daya tarik destinasi wisata.
Beberapa kota di dunia telah berhasil mengurangi tingkat polusi udara secara signifikan melalui berbagai kebijakan dan inovasi. Salah satu contoh yang patut dicontoh adalah kota Copenhagen di Denmark. Dalam dua dekade terakhir, Copenhagen telah berhasil mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 40%.
Hal ini dicapai melalui berbagai inisiatif seperti peningkatan kualitas transportasi umum, pengembangan infrastruktur bersepeda yang ekstensif, dan penerapan kebijakan energi hijau. Selain itu, kota ini juga menerapkan zona rendah emisi di pusat kota yang membatasi kendaraan bermotor konvensional.
Keberhasilan ini tidak hanya memperbaiki kualitas udara tetapi juga meningkatkan kualitas hidup warganya. Langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah Copenhagen menunjukkan bahwa dengan komitmen dan kolaborasi, kota-kota besar dapat mengatasi tantangan polusi udara dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan layak bagi penduduknya.
Dalam menghadapi tantangan polusi udara yang terus bertambah parah dan kian mengkhawatirkan, kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat merupakan kunci dalam mendorong perubahan. Meskipun pemerintah memiliki peran penting dalam merancang dan menerapkan kebijakan-kebijakan untuk menanggulangi polusi udara, tanpa keterlibatan masyarakat, upaya penanggulangan polusi udara tersebut tidak akan optimal.