Lihat ke Halaman Asli

Rafa Dahayu Amandya

Mahasiswi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tingkat Pneumonia Meninggi, Kenali Gejala dan Cara Mencegahnya

Diperbarui: 8 Januari 2024   19:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Jakarta --- Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta mencatat adanya peningkatan terhadap kasus pneumonia. Sebanyak 400 kasus ditemukan pada tahun 2023, sangat signifikan jika dibandingkan dengan tahun 2022 yang hanya 200 kasus.

Pneumonia atau radang paru-paru disebabkan oleh bakteri mycoplasma yang masuk melalui sistem pernapasan, sehingga terjadinya infeksi pada dinding paru-paru. Penyakit ini termasuk menular dan rentan menjangkit anak-anak. Gejala yang terjadi berupa demam, batuk berlebihan, hingga kesulitan bernapas.

Dilansir dari laman Republika, Kementerian Kesehatan RI mendapat laporan bahwa setidaknya enam kasus pneumonia bertambah pada tanggal 4 Desember 2023. Keenamnya menjangkit anak-anak pada rentang usia tiga sampai 13 tahun. Lima di antaranya dilarikan ke Rumah Sakit Medistra Jakarta, dan sisanya dirawat di The Jakarta Women and Children Clinic (JWCC).

Adanya temuan kasus tersebut, membuat KEMENKES RI mengeluarkan kembali imbauan pemakaian masker pada masyarakat Indonesia. Hal ini guna menjadi pencegahan pertama dari penularan bakteri mycoplasma.

Pneumonia bukan penyakit baru, hanya saja penyebarannya saat ini mengalami kenaikan dalam skala internasional. Saat ini, pneumonia diketahui menyebar dari Cina. Melihat pneumonia sebagai penyakit yang berkaitan dengan pernapasan, masyarakat menyerukan rasa khawatir mereka, khususnya di media sosial.

"Pastinya takut lah ya, soalnya orang-orang udah trauma ngalamin Covid. Jadi kalau ada virus macam-macam takut jadi pandemi lagi," ujar Widya Sari, ibu rumah tangga, ketika diwawancarai di sekitar rumahnya, Cakung, Jakarta Timur. (7/01/24)

Widya juga menambahkan, bahwa ia khawatir jika anak-anak tidak bisa memperoleh hak pendidikannya secara maksimal. Menurutnya, mental dan fisik anak harus terjaga demi majunya pendidikan. Jika pandemi kembali terjadi, masa depan anak dikhawatirkan mengalami penurunan kualitas.

Saat ini masyarakat hidup di era new normal. Artinya, masyarakat telah mampu menyesuaikan daya tahan tubuh dengan penyakit yang sebelumnya menjadi pandemi. Akan tetapi, meningkatnya jumlah kasus pneumonia menjadi suatu ancaman bagi masyarakat. Sehingga masyarakat perlu mengetahui lebih lanjut mengenai pencegahan serta penanggulangan pneumonia.

"Walaupun sama-sama menular, cara penularan pada kedua penyakit ini berbeda. Covid ditularkan melalui kontak langsung dan droplet, yang artinya virus akan mudah menyerang orang sehat melalui kontak pada benda yang terkontaminasi virus atau melalui kontak langsung dengan penderita. Sedangkan pneumonia, ditularkan melalui droplet atau percikan udara dari batuk dan bersin, yang mana jangkauan risiko terinfeksinya pneumonia tidak sebesar terinfeksi Covid. Pneumonia sendiri itu banyak jenisnya, maka manifestasi klinis yang timbul dan jangkauan penularannya juga bisa berbeda. Namun, sejauh ini kasus pneumonia belum menjadi pandemi seperti Covid dan semoga tidak terjadi pandemi," ujar Zabrina Nova, tenaga kesehatan, ketika diwawancarai melalui Google Meet. (7/01/24)

Jika ditarik kesimpulan, maka pneumonia berbeda bentuk dan penyebabnya jika dibandingkan dengan Covid-19. Pneumonia disebabkan oleh bakteri atau mikroorganisme. Sedangkan Covid-19 disebabkan oleh virus dan merusak jaringan tubuh, termasuk jaringan pernapasan.

Zabrina juga menambahkan, masyarakat hendaknya mematuhi protokol kesehatan seperti melakukan vaksin, menerapkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), serta menghindari kontak dengan orang yang sedang sakit.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline