Lihat ke Halaman Asli

Rafa Dahayu Amandya

Mahasiswi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Doktrin ISIS dan Dampaknya bagi Indonesia

Diperbarui: 2 Januari 2024   02:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) merupakan sebuah organisasi Islam dengan aliran Sunni dan paham Salafi Jihadis. Organisasi ini dikenal sebagai sekelompok teroris yang secara agresif melakukan banyak aksi, dengan tujuan membangun kembali negara Islam yang ideal dan tradisional. ISIS sangat menolak adanya perkembangan zaman, sedangkan peradaban ini tetap mengalami kemajuan di segala bidang sehingga ISIS menebarkan ideologinya di segala penjuru dunia, salah satunya Indonesia.

ISIS membagi dua pola doktrin yang digunakan dalam penyebaran ideologinya, yakni doktrin langsung dan tidak langsung.

Doktrin langsung dilakukan dengan pertemuan-pertemuan rutin, seperti acara kajian, forum diskusi, hingga camp pelatihan untuk mempersiapkan anggotanya dalam ber'jihad'. Sedangkan doktrin tidak langsung umumnya dilakukan melalui media cetak dan media sosial.

Pada media cetak, ISIS secara aktif menerbitkan majalahnya sendiri dengan nama Dabiq dan Rumiyah. Kedua majalah tersebut berisi tentang prinsip, asal usul ideologi, hingga ajaran ISIS dalam menerapkan kehidupan beragama. Mereka mencetak majalah-majalahnya secara digital dan diterjemahkan ke berbagai Bahasa, termasuk Bahasa Indonesia.

Sedangkan pada media sosial, ISIS memanfaatkan kanal berita dengan nama Millah Ibrahim yang merilis kurang lebih 500 berita dan tulisan propaganda tiap tahun. Selain menebar propaganda, ISIS juga memanfaatkan media sosial untuk menggalang dana demi mendukung kondisi finansial organisasi.

Saat ini, ISIS telah mencapai tahap glokalisasi, artinya pengaruh ISIS dapat terlihat secara luas di berbagai negara. Indonesia menjadi salah satu negara dengan pengaruh ISIS yang lumayan kuat. Dengan internalisasi ideologi ISIS, skala radikalisme di Indonesia meningkat signifikan karena masih ada masyarakat yang kurang 'melek' akan organisasi serta paham radikal. Indonesia juga menjadi negara yang tingkat kekerasan fisiknya meningkat, hal ini ada hubungannya dengan aksi terorisme yang dilakukan oleh ISIS maupun organisasi pendukungnya.

Adanya ketimpangan antara syariah dan ilmu pengetahuan, membuat masyarakat Indonesia mudah terpengaruh oleh ideologi-ideologi asing. Hal ini menjadi ancaman bagi stabilitas negara dan juga sebuah tantangan yang harus dilalui pemerintah. Untuk menekan jumlah radikalisme, kekerasan, dan keberadaan ISIS, pemerintah hendaknya secara konstan memberlakukan kebijakan anti radikal dengan mengubur habis ideologi yang tidak sesuai dengan Pancasila. Dengan partisipasi aktif dari masyarakat, pemerintah, dan lembaga-lembaga terkait, Indonesia akan menjadi negara yang damai dan adil tanpa adanya terorisme di tengah-tengah peradaban.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline