Lihat ke Halaman Asli

Raesita Zahara

Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Program Studi Ilmu Komunikasi

Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Film The Social Dilemma

Diperbarui: 16 Juli 2021   15:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Assalamualaikum. Wr.Wb

Hai teman-teman, Apa kabar?
Semoga kalian yang membaca ini baik-baik saja dan sehat selalu ya, jangan lupa selalu cuci tangan dan memakai masker jika keluar rumah.

Balik lagi dengan saya yang masih belajar menulis artikel^^ semoga kalian selalu enjoy dalam membaca artikel ini. Sebelumnya seperti biasa saya ingin memperkenalkan diri saya terlebih dahulu. Perkenalkan nama saya Raesita Zahara Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta dengan Program Studi Ilmu Komunikasi  yang mengambil konsentrasi Public Relation.

Pada artikel ini saya akan membahas tentang Teknologi Informasi dan Komunikasi, tetapi sebelum membahas ini saya akan memberikan review tentang sebuah film dokumenter yang berjudul The Social Dilemma. Yang dimana film dokumenter ini berkaitan dengan apa yang akan saya bahas dan seperti yang kita ketahui Kebanyakan dari kita pasti membuka layar handphone dan berselancar di media sosial. Saat ini, media sosial menjadi hal yang sangat dekat dengan kehidupan kita, baik dari anak-anak hingga orang dewasa. Media sosial banyak memberikan dampak positif bagi kehidupan, namun juga terdapat sisi lain dari kehidupan media sosial.

Film dokumenter dari Netflix, dengan judul "The Social Dilemma" menceritakan mengenai dampak negatif media sosial atau dunia maya. Film dokumenter ini dibuat oleh Jeff Orlowski dan sudah bisa kamu saksikan melalui streaming di Netflix sejak tanggal 9 September 2020. Film dokumenter ini mendeskripsikan sisi gelap internet dan media sosial, yang sebagian besar penggunanya tidak menyadarinya sama sekali.  

The Social Dilemma merupakan sebuah film yang mencerminkan keadaan seputar pengaruh teknologi informasi berupa media sosial terhadap kehidupan manusia yang terdiri dari aspek psikologis, sosiologis, politik, budaya dan ekonomi. Film ini dibuat dengan semi -- dokumenter, dikarenakan terdiri dari toko- tokoh yang merupakan pernah atau sedang bekerja di perusahaan- perusahaan " raksasa " teknologi informasi dunia seperti Tristan Harris yang merupakan mantan pekerja di Google, Tim Kendall yang merupakan mantan eksekutif dari Facebook, Roger McNamee yang merupakan investor pada awal awal berkembangnya Facebook, Aza Raskin yang merupakan pekerja dari Firefox & Mozila Labs, dan masih banyak lainnya. Kemudia dari film dokumenter ini terdapat jugabeberapa aktor dan aktris yang bermain peran dengan tujuan untuk memperjelas gambaran seseorang yang terkena " sisi buruk dari teknologi informasi ". The Social Dilemma membongkar dampak-dampak negatif dari media sosial, diantaranya beredarnya informasi bohong / hoax, interaksi antara individu yang semakin menurun, bagaimana iklan di internet bekerja dan berdampak, pengaruh kesehatan mental manusia, hingga hal-hal yang berhubungan dengan politik hingga kepentingan negara.

Penggambaran sisi buruk media sosial yang disampaikan oleh para pembuat platform ini seakan membuka mata kita bahwa internet dan media sosial memang tempat yang menyeramkan. Hal-hal yang ditampilkan banyak orang hanyalah permukaan saja, tanpa kita tahu apa yang terjadi dibaliknya. Media sosial memang bisa menjadi hiburan yang murah bagi masyarakat. Namun, penggunaannya harus tetap dibatasi dan diwaspadai karena berbagai hal negatif bisa saja merugikan. Seperti dalam film ini kita merasa dijebak untuk berlama- lama di media sosial internet ini. Kalian pada sadar tidak seperti di Instagram, Youtube , Facebook, Tiktok, pasti ada video rekomendasi. Nah video yang muncul itu merupakan strategi atau siasat pemilik media sosial agar kita berlama- lama bermain sosial media dan menatap hp atau laptop kita sehingga tanpa kita sadar waktu kita dapat terbuang percuma untuk hal-hal tersebut.

Didalam film dokumenter ini terdapat kutipan " Social Media Is Not The Product, We Are The Product " jadi kalau kalian ada yang nonton film dokumenter ini ada qoute yang ngena banget yaitu " if you're not paying for product, then you are the product " kata-kata ini bagus dan ngena banget kan, karna kita selama ini memakai social media dengan gratis gratis aja dan entah kenapa kehidupan kita juga berputar di social media itu. Tetapi didalam film ini dijelaskan dan ternyata advertiser ini yang membayar pada Instagram, Youtube, Facebook dan lainnya untuk kita sebagai produknya, jadi  kita ini lah yang diperjual belikannya dengan menonton ads ads tersebut.

Kita adalah produk yang dijual dan semua aktivitas kita dipantau. Misalnya begini, kalian pernah gak sih bertanya tanya saat kalian sedang mencari atau mengklik apapun di media sosial atau Google maka mesin akan mempelajari perilaku kamu semakin kalian berlama- lama disana maka semakin banyak yang mereka pelajari, mereka tau apa saja yang kalian tonton, artis yang kalian suka, mereka juga tau apa yang lagi kamu cari untuk membeli barang-brang di toko online shop, tempat wisata atau cafe yang kalian inginkan, dan data inilah yang dipakai untuk mempersonalisasi konten yang muncul di akun media sosial kalian. Sebagai contoh seperti ini,  pasti kalian pernah kan mencari atau beli barang tertentu di toko online terus tiba- tiba internet yang kamu buka itu isinya sejenis barang yang kamu beli atau barang yang sedang kamu liat- liat.

Dalam film dokumenter ini dijelaskan bahwa menggunakan social media sesungguhnya adalah produk yang dijual di perusahaan. Seperti kenapa dimedia sosial ada notif? Karena hal ini agar kita selalu mengecek hp. Difilm dokumenter ini hidup dengan mengeksploitasi titik lemah psikologi manusia, apa yang mereka lakukan karena keingintahuan kita terus menerus menyuguhkan informasi atau konten yang menurut mereka menaik perhatian kita, sehingga secara tidak sadar kita terus menerus mengecek hp kita untuk mencari info yang berada didalam otak kita. Dalam film dokumenter ini juga memberikan masalah bencana yang sedang kita hadapi saat ini dengan media sosial mulai dari politik, bullying, hoax dan lainnya. Jadi film dokumenter ini memberikan dan menambahkan wawasan pengetahuan agar membuka mata kita dan banyak introfeksi diri untuk memilah- milah apa yang dilihat dalam social media agar kita juga memiliki kesadaran dalam bersosial media jangan sampai kita jadi terbawa dan jadi kecanduan karena berdampak bagi kehidupan kita.

The Social Dilemma juga menyoroti sejumlah dampak positif yang diberikan media sosial kepada pengguna. Dimana, berkat kehadiran sosial media, semua informasi sangatlah mudah didapatkan dan bisa terhubung dengan siapa saja. Bahkan, The Social Dilemma juga menampilkan bagaimana caranya satu sistem algoritma media sosial itu bekerja. The Social Dilemma bukanlah kampanye anti media sosial, melainkan instrumen penggebrak untuk memberikan kesadaran skala besar dalam menggunakan sosial media, untuk menjadi pengguna yang cerdas. Film dokumenter seperti inilah yang seharusnya bisa menjadi materi penyuluhan di kalangan remaja. The Social Dilemma merupakan time capsule yang mengandung kebenaran, mengantisipasi kemungkinan terburuk di masa depan ketika kebenaran tidak memiliki definisi yang benar lagi. Solusi yang dapat diberikan yaitu matikan atau kurangi notifikasi karena notifikasi bikin kita mengecek sesuatu yang belum tentu penting untuk kita lihat saat itu juga. Jadi cobalah kamu lihat lagi, notifikasi dari aplikasi apa aja yang benar-benar penting untuk segera kamu tahu. Dan jangan terlalu sering meng klik ads atau video rekomendasi itu sama saja dengan kamu menyerahkan data perilakumu yang bikin mesin jadi gampang membuat kloning dari diri kamu, dan jika kamu ingin melihat video itu sebaiknya cari dikolom pencaharian agar meminimalisir perekaman perilaku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline