Lihat ke Halaman Asli

Rae Sita Michel

Freelance copywriter & content writer

Apresiasi

Diperbarui: 24 Juni 2015   10:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap orang pasti ingin dipuji. Bukan suatu hal yang berlebihan dan menurut saya itu adalah hal yang wajar. Terlebih ketika ada suatu kemajuan dalam diri orang tersebut, entah itu dalam kemampuannya akan sesuatu, penemuan, dan lainnya. Namun, apresiasi seperti tersebut mengapa sulit didapat?

Beberapa kali saya membaca atau mendengar bahwa ada seseorang yang ahli di bidangnya tinggal dan bekerja dengan negara lain atau orang dari negara lain karena di negara sendiri kurang apresiasi. Baik itu dalam segi pendanaan penelitian, ataupun ucapan terima kasih dan lainnya. Bahkan ucapan terima kasih atau rasa terima kasih yang layak tidak didapat.

Saya mungkin tidak akan membahas apresiasi tingkat tinggi, tapi dimulai dari musik karena saya pemain musik dan memiliki beberapa teman pemusik juga. Salah seorang teman saya, pianist sekaligus seorang guru piano, pernah bercerita bagaimana ia mengajar. Ia punya pilihan kata yang cukup baik dan bersikap baik kepada murid-muridnya dimana tidak menjatuhkan mental murid tapi menyemangatinya, walaupun pada saat diajar muridnya sulit diatur atau merasa bosan. Berdasarkan ceritanya dari apa yang dilakukan terhadap muridnya menunjukkan suatu apresiasi walaupun perkembangannya kecil dan hanya kecil terlihat seperti murid yang bandel sudah dapat duduk tenang atau jarinya sudah dapat diletakkan dengan benar di tuts piano.

Di tempat saya menjadi anggota salah satu orkestra, sedikit orang dapat mengapresiasi. Menurut beberapa orang, apresiasi itu sama dengan sanjungan atau pujian. Jika pujian itu dilontarkan akan membuat yang dipuji besar kepala dan cenderung tidak mau berkembang. Ia lebih memilih memuji dibelakang dan berkata cukup keras seperti menantang di depannya dengan tujuan agar lebih terpacu menjadi lebih baik. Ada juga yang merasa kurang puas dan ingin permainanya seperti pemusik profesional, padahal perkembangan anggotanya sangat terlihat dan bagus untuk ukuran pemula. Semua dirasa kurang, kurang, dan kurang. Hanya keluar kritk, kritik, dan saran yang hanya itu-itu saja. Tidak ada ucapan "Nice", "I Like it", "Wow", atau kata-kata lain berupa suatu apresiasi. Disinilah saya merasa kecewa dengan manusia-manusia pelit apresiasi.

Setiap manusia butuh pujian. Ketika ia sudah merasakan suatu perubahan yang baik dalam dirinya, pujian dan apresiasi pasti ditunggu dari lingkungannya. Mungkin beberapa orang tipe haus pujian dan senang dipuji dan itu semua membuat besar kepala. Namun, baiklah kita mencoba berpikit positif. Apresiasi diberikan kepada orang yang sudah berusaha keras menjadi lebih baik, terlebih yang sudah menunjukkan perubahan. Hal tersebut membangkitkan semangat sehingga seseorang semakin belajar dan berlatih menjadi lebih baik lagi. Apresiasi yang ada juga jangan berhenti disitu saja, bisa ditambahkan kritik dan saran, namun dengan pilihan kata yang baik agar mood senangnya tetap terjaga.

Apresiasi yang tidak diberikan dengan pernyataan seorang conductor yang diragukan oleh anggota orkes seperti ini, "Kalau kalian meragukan kemampuan conducting gue, gue juga meragukan kalian dalam bermain." Untuk apresiasi pemain kepada conductor, beberapa orang sudah cukup mengapresiasinya menurut saya ditambah lagi dengan saran-saran yang mendukung agar semua dapat mengerti conducting darinya, padahal kemampuan conductinya masih kurang. Pernyataan conductor tadi yang cukup saya garis bawahi bahwa apresiasi yang kurang.

Belajar apresiasi baiknya dari masih muda. Dimulai dari para orang dewasa dan orang tua yang tidak terlalu menunjukkan tuntutan yang menekan, tapi memberikan apresiasi atas apa yang dilakukan anak kecil. Seperti contoh tadi, teman saya yang mengajar piano. Anak kecil akan menyimpan memori tersebut di otaknya, menirunya, dan menjadikannya kebiasaan. Suatu kebiasaan yang kolektif bisa jadi menjadi budaya. Bagus bukan jika terbentuk budaya mengapresiasi yang cukup baik dan tinggi, sehingga semakin banyak lagi yang mau berkarya dan menjadi lebih baik lagi.

Walaupun negara ini pelit apresiasi, saya berharap masih banyak orang yang dapat mengapresiasi sesuatu. Pembelajaran apresiasi ini juga saya dapatkan dari kepanitiaan acara kampus saya di fakultas bahwa dari apa yang dilakukan baik oleh setiap orang patut diapresiasi. Tujuannya baik, kok agar kita semakin lebih lagi giat dan melakukan yang lebih baik. Semoga, nantinya para pemimpin bangsa adalah orang yang dapat mengapresiasi dengan baik.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline