Lihat ke Halaman Asli

Raesita Dien

@raesitadien

Shame Culture dan Guilt Culture, Mana yang Lebih Baik bagi Kesehatan Mental?

Diperbarui: 13 Agustus 2023   19:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto dok. Verywell / Bailey Mariner 

Shame Culture

Budaya malu (shame culture) adalah budaya yang didasarkan pada konsep rasa malu atau 'kehilangan wajah' di hadapan orang lain. Dalam budaya ini, norma dan nilai-nilai masyarakat ditegakkan dengan mengandalkan perasaan malu yang timbul jika seseorang melanggar aturan atau norma tersebut. 

Maka itu, tolak ukur dalam budaya malu terletak pada penilaian orang lain dan pemuliaan terhadap kehormatan dan status sosial. 

Foto dok. Freepik.com

Pada shame culture, seseorang cenderung memprioritaskan bagaimana tindakan mereka akan memengaruhi citra dan reputasi mereka dalam masyarakat. 

Perasaan malu yang timbul dari melanggar norma-norma dapat menjadi pengendali utama perilaku individu. Oleh karena itu, kepatuhan terhadap aturan sosial menjadi sangat penting dalam shame culture.

Guilt Culture

Guilt Culture atau budaya kebersalahan merupakan budaya yang didasarkan pada konsep rasa bersalah pribadi dan tanggung jawab individual. 

Dalam guilt culture, norma dan nilai-nilai masyarakat ditanamkan dengan menitikberatkan pentingnya tiap  individu untuk mengakui kesalahan dan merasa bersalah atas tindakan mereka yang melanggar norma atau aturan.

Foto dok. Shutterstock

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline