Salah satu sumber moral yang paling utama adalah agama. Secara teori, seharusnya orang yang beragama semakin baik moralnya. Akan tetapi, dalam realitas ditemukan sejumlah kasus orang beragama, bahkan elit agama (agama apa pun dan di mana pun) yang melanggar nilai-nilai moral.
Pertanyaannya, mengapa realitas seperti itu terjadi?
Terdapat beberapa faktor yang membuat orang beragama melanggar moral yang tidak luput oleh pengaruh aspek sosial dan psikologis. Apa saja faktor-faktor tersebut?
Pertama, inkonsistensi antara nilai dan tindakan.
Seseorang yang beragama bisa saja memiliki keyakinan dan nilai-nilai moral yang tinggi, tetapi mereka juga masih manusia dengan kelemahan dan keterbatasan (tanpa membenarkan hal tersebut, ya).
Kadang atau sering (setiap orang berbeda-beda) manusia menghadapi konflik batin dalam memilih apa yang mereka tahu benar dengan apa yang ingin mereka lakukan sehingga mereka tidak selalu mampu mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam tindakan nyata. Itulah yang dinamakan ketidaksesuaian antara nilai yang dipercaya dengan tindakan yang dilakukan.
Kedua, kuasa lingkungan sosial.
Orang-orang yang beragama juga hidup dalam masyarakat yang dapat memengaruhi perilaku mereka. Jadi, tidak menutup kemungkinan bagi seseorang yang beragama terpengaruh dan tersetir oleh lingkungan sekitarnya yang mungkin tidak selalu mendukung atau sejalan dengan nilai-nilai moral. Oleh karena itu pilihannya adalah: mengganti, memilih lingkungan yang baik; atau, mampu bersiteguh dengan kepercayaan dan moral yang diyakini.