Lihat ke Halaman Asli

Perspektif Paradigma Komunisme terhadap Band Rage Against The Machine

Diperbarui: 14 Maret 2020   11:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kebebasan adalah sebuah hak yang tidak dapat dipisahkan dari setiap insan manusia , namun kebebasan belum secara menyeluruh terlaksana di dunia, contohnya di negara amerika , isu tentang rasisme terhadap ras tertentu masih sering terdengar di telinga kita hingga saat ini, walaupun isu tentang perlakuan rasis terhadap ras tertentu sudah berkurang sejak berubahnya kultur amerika itu, dan banyaknya pergerakan yang menolak adanya perlakuan rasis itu.

Rage Against The Machine , band cadas asal los angeles yang terbentuk pada tahun 1990 yang  ber aliran hip metal atau gabungan antara aliran hiphop dan metal, band yang beranggotakan Zack De La Rocha (vokal), Tom morello (gitaris),  Tim Commerford(bassist) dan Brad Wilk(Drummer) ini kerap kali mengangkat tema tentang isu rasisme yang kerap terjadi di amerika, tak hanya mengangkat tema isu rasisme , band ini pula kerap menyuarakan protes mereka kepada pemerintahan lewat lagu , contohnya pada demo yang mereka keluarkan pertama kali yang menunjukan Thích Quảng Đức seorang biksu yang berasal dari Vietnam yang sedang membakar dirinya sendiri di jalan Saigon tepat pada tahun 1963 yang bertujuan untuk menunjukan wujud protesnya terhadap pemerintah.

Penyebab band ini sering mengangkat tema tentang protes mereka tentang sedikitnya kebebasan dan keadilan di dunia muncul dari pengalaman seorang Zack De La Rocha yang sejak kecil sudah menerima perlakuan rasisme dari lingkungan karena Zack lahir dari pasangan Ngethe Njoroge(Ayah) yang berkulit hitam dan Mary(Ibu) yang berkulit putih , mereka berpisah saat Zack masih kecil , yang membuat Zack dan ibunya pindah ke wilayah pinggiran Chicago tepatnya di Libertyville yang ditempati kebanyakan oleh warga kulit putih.

Zack banyak menerima perlakuan rasisme , namun perlakuan itu ia ubah menjadi keberanian sehingga terciptanya band Rage Against The Machine yang mempunyai lagu yang mengkritik sistem Pendidikan, isu rasisme, kesenjangan sosial, kapitalisme, contohnya pada lagu “Take The Power Back” yang mengangkat tema tentang sistem Pendidikan di amerika, lalu ada lagu “Killing in the name “ yang menjadi luapan emosi seorang Zack De La Rocha karna banyak kata kata yang mewakili kemarahan nya terhadap polisi dan aparat yang semena mena .

Sesuai apa yang disuarakan oleh band Rage Against The Machine tentang ketidakadilan yang terjadi di Amerika , dapat kita lihat melalui pandangan komunisme , paradigma komunis menjunjung tinggi persamaan hak , sehingga sangat berkaitan dengan apa yang disuarakan  oleh band rage against the machine ini , namun ini lebih mengarah ke sosialisme karena hal hal yang diangkat band ini berkaitan dengan isu sosial yang terjadi di amerika , karena pandangan ini bertentangan dengan adanya perlakuan yang tidak adil pada kaum kaum yang kurang di untungkan , pandangan ini pula sangat menentang kaum kaum borjuis yang pada era itu dikuasai oleh kaum kulit putih yang bertentangan dengan kaum kulit hitam pada masanya .

Rage Against Machine menjadi satu dari banyaknya band yang berani menyuarakan ketidakadilan yang terjadi lewat musik dan menjadi titik terang bagi segelintir orang yang merasa memiliki masalah sesuai dengan apa yang disuarakan oleh Rage Against The Machine , sehingga banyak orang yang mulai berani menyuarakan apa yang mereka butuhkan , yaitu keadilan dan kesetaraan dalam semua hal , maka dari itu Rage Against The Machine sangat dicintai orang orang khususnya warga yang mengalami ketidakadilan.

Referensi: Arahjuang (diakses 14 maret 2020), Tirto (diakses 14 maret 2020), CNN (diakses 14 maret 2020)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline