Lihat ke Halaman Asli

Radja Haehta Sembada

Penikmat keresahan ☕🌿

PKS & Pancasila: Apakah Benar PKS Anti Pancasila?

Diperbarui: 16 November 2023   23:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Input sumber gambar : Antaranews.com

Pada tahun 1993, ada kejadian penting di dunia politik Indonesia yang berlangsung di kampus jas kuning Universitas Indonesia. Ada seorang anak kuliahan namanya Mustafa Kamal yang terpilih jadi Ketua Senat Fakultas Sastra UI. Dia adalah anggota dari Jemaah Tarbiyah yang pertama berhasil meraih posisi puncak dalam struktur kemahasiswaan kampus. Ternyata, posisi ini menjadi langkah awal bagi pengaruh politik Tarbiyah dan berujung pada berdirinya sebuah partai politik yang berpengaruh di masa mendatang. 

Yuk, sambut Partai Keadilan Sejahtera alias PKS! PKS tuh jadi bagian kunci yang bikin perubahan dalam dunia politik Islam di Indonesia. Mereka punya gerakan yang lebih kekinian dan terorganisir banget. Awalnya, dari kelompok keagamaan yang santai, kayak halaqah di kampus-kampus, gerakan Jemaah Tarbiyah berhasil ngebawa semangat politik Islam yang sempet redup gegara rezim Orde Baru.


Nah, nanti, gerakan inilah yang jadi pusat PKS. Dengan pendekatan yang lebih kekinian dan unik, seorang ahli politik Islam bernama Profesor Greg Fealy menyebut PKS sebagai satu-satunya "partai kader murni" di dunia politik Indonesia. Dia bilang gitu pada tahun 2008 waktu nulis pengantar buku Yon Machmudi tentang PKS.  

Meski begitu, perjalanan PKS nggak selalu lancar. Selain beberapa kader yang ketahuan terlibat kasus korupsi, tahun 2020 jadi seru karena ada isu palsu yang bilang PKS nggak mengakui Pancasila. Ini bermula dari penolakan PKS terhadap penempatan Pancasila sebagai asas tunggal di RUU Ormas pada 2013. Meskipun udah diklarifikasi, tapi cerita itu selalu diangkat sebagai bahan hitam dalam kampanye partai ini tiap kali Pemilu digelar. 

Semua orang tahu kalau PKS ambil inspirasi dan pendekatan ideologis dari gerakan Muslim Brotherhood di Mesir yang kita kenal sebagai Ikhwanul Muslimin. Ide dari gerakan ini kemudian jadi pendorong utama bagi Jemaah Tarbiyah yang lagi naik daun di kampus, terutama seiring hadirnya Forum Kajian Islam atau Forum for Islamic Studies. 

Momen krusialnya datang di tahun 90-an ketika sejumlah aktivis Jemaah Tarbiyah berhasil memenangkan dukungan dan menduduki posisi eksekutif di organisasi kemahasiswaan, seperti Senat Mahasiswa. Seperti yang dibicarakan sebelumnya, Mustafa Kamal jadi titik awal pengaruh Jemaah Tarbiyah di tingkat fakultas Universitas Indonesia. Setahun berikutnya, sosok Zulkieflimansyah ikut memperkuat posisi ini dengan menjadi Ketua Umum Senat Mahasiswa UI.

Sejak saat itu, tokoh-tokoh Tarbiyah berhasil memenangkan kursi-kursi tertinggi di lembaga kemahasiswaan di banyak kampus besar. Tonggaknya kemudian menjadi makin besar di jelang akhir kekuasaan Soeharto di mana tokoh-tokoh Tarbiyah menjadi pendorong lahirnya Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia alias KAMMI.

Pada bulan April 1998, KAMMI yang dipimpin oleh Fahri Hamzah mengorganisir demonstrasi besar-besaran, menyerukan pengunduran diri Presiden Soeharto. Setelah Soeharto lengser, Jemaah Tarbiyah yang semula merupakan organisasi sosial informal memutuskan untuk berubah menjadi organisasi formal. Sebagian besar anggotanya sepakat untuk mendirikan sebuah partai politik.

Tepat pada tanggal 28 Juli 1998, lahirlah Partai Keadilan. Seiring berjalannya waktu, partai ini mengubah namanya menjadi Partai Keadilan Sejahtera, alias PKS, yang kita kenal hingga sekarang. Yon Machmudi menyebut PKS sebagai fenomena unik dalam politik Indonesia karena mereka tetap menjadikan Islam sebagai ideologi utama dan gigih mempromosikan pemerintahan yang bersih dari korupsi serta penyalahgunaan wewenang. 

PKS juga menjadi pusat gerakan politik Islam yang didorong oleh para pemuda. Menurut Yon Machmudi, gerakan ini bersandar pada nilai-nilai Islam yang bersifat global dan universal, meskipun mendapat banyak inspirasi dari Timur Tengah dan Mesir. Inilah PKS yang kita kenal sekarang, yang tetap kokoh dengan ideologi agama, namun mampu menemukan jalan tengah dan tampil dengan gaya yang modern dan menarik seperti yang terlihat saat ini. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline