Lihat ke Halaman Asli

Tidak Ada Ruginya Sanksi FIFA

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: AFP/Michael Buholzer

[caption id="" align="aligncenter" width="460" caption="sumber: AFP/Michael Buholzer"][/caption]

Akhirnya setelah sekian lama berada dalam ketidakpastian, FIFA menjatuhkan sanksi kepada Indonesia. Sanksi ini diberikan kepada Indonesia dikarenakan FIFA menganggap pemerintah Indonesia telah melakukan intervensi terhadap PSSI. Pro dan kontra ramai menghiasi sosial media beberapa hari belakangan. Banyak orang yang mengangap bahwa ketika FIFA menjatuhkan hukuman kepada Indonesia, klub-klub nasional tidak akan bisa bermain sepak bola lagi, sebuah pemikiran yang bodoh. Daripada menyesali yang sudah terjadi lebih baik berbenah dari sekarang. Toh, berbagai macam hujatan yang diucapkan tidak akan menghentikan bumi untuk berputar.

Saya juga sebenarnya tidak suka dengan keadaan seperti ini, tetapi mendengar apa yang dikatakan Bapak Presiden terdengar lebih masuk akal bagi saya. Anda lebih memilih timnas kita hanya bertanding saja di kompetisi internasional atau berprestasi di kompetisi internasional? Saya bosan melihat timnas kita tidak bisa berbicara banyak bahkan hanya untuk pertandingan di tingkat Asia Tenggara. Negara kita didatangi klub-klub Eropa hanya sebagai pasar mereka, bukan sebagai sebuah negara yang kemampuan sepak bolanya layak diperhitungkan.

Lalu, Apa ruginya banned dari FIFA? Saya belum menemukan kerugian yang masuk akal atas hukuman FIFA kepada Indonesia. Ada yang berkata dengan hukuman dari FIFA kita tidak bisa melakukan pertandingan sepak bola. Sebuah argumen tidak masuk akal karena saya selama ini bermain sepak bola tidak pernah meminta izin terlebih dahulu kepada FIFA maupun PSSI. Tenang saja, Indonesia mampu menyelenggarakan kompetisi sendiri. Bapak Menpora tinggal meminta bantuan dari berbagai BUMN untuk mendanai kompetisi lokal. Dengan Bapak Imam Nahrawi mendapat dukungan penuh dari Bapak Jokowi, para pemain dan wasit akan memilih bermain kepada Bapak Imam Nahrawi karena dijamin oleh negara. Karena para pemain dan wasit ini sejatinya hanyalah seorang kepala rumah tangga. Dibandingkan dengan bermain di bawah PSSI yang tidak dapat menjamin pemain dan official pertandingan mendapatkan gajinya, tentu mereka lebih memilih Menpora karena ada keluarga yang harus mereka hidupi.

Ada yang mengatakan bahwa timnas dan klub-klub Indonesia tidak akan bermain di level internasional. Memang benar hanya klub-klub yang terdaftar di FIFA (karena Indonesia mendapatkan sanksi jadi tidak dianggap) yang dapat bermain. Tapi apa tidak bosan kita hanya meramaikan saja tanpa prestasi. Aneh rasanya ketika ada yang kecewa terhadap prestasi klub-klub Eropa tetapi klub-klub negara sendiri diabaikan. Aneh ketika mendengar fans Manchester United asal Indonesia kecewa mereka tidak bermain di Liga Champions tetapi tidak peduli dengan klub-klub Indonesia hanya dapat bermain di AFC Cup (setingkat Europa League di kompetisi benua Eropa). Saya ingin melihat klub-klub Indonesia berprestasi di Asia. Saya ingin melihat para pemain Persipura dan Persib bermain melawan klub-klub Jepang, Korea, Arab Saudi, Iran, dan Qatar di AFC Champions League(setingkat Champions League di kompetisi benua Eropa).

Ada seseorang yang mengatakan bahwa jika Indonesia mendapatkan sanksi dari FIFA, kita tidak bisa menonton pertandingan sepak bola Eropa lagi. Well, buang-buang waktu sepertinya untuk membahas yang ini.

Mungkin orang-orang yang mendukung PSSI tidak pernah mendengar berita sepak bola di luar Indonesia. Dengan adanya kasus korupsi di tubuh FIFA sendiri, harusnya kredibilitas mereka dipertanyakan. Apalagi adanya ancaman dari Michael Platini, Presiden UEFA, berencana akan memboikot Piala Dunia 2018 jika Blatter kembali menjadi presiden FIFA. Bagaimana bisa membayangkan Piala Dunia tanpa Jerman, Inggris, Spanyol, Belanda, Prancis dan Italia. Pemerintah Brazil pun angkat suara dengan kasus ini, mereka ingin semua kompetisi yang berada di bawah kendali FIFA diselidiki. Belum lagi lembaga-lembaga Internasional pun mulai bereaksi, mulai dari transparasi internasional hingga kepada PBB. Heran melihat orang-orang kesal kepada pemerintah karena mengintervensi PSSI tetapi di luar negeri sana orang-orang mulai ramai mengintervensi FIFA.

Saya percaya bahwa dengan sistem yang baik akan menjadikan sesuatu baik pula. Jangan berpikir bahwa dengan sanksi FIFA ini selama-lamanya kita tidak akan melihat timnas kita bermain. Tidak ada negara yang mendapatkan sanksi oleh FIFA selama-lamanya. Klub-klub lokal pun masih bisa bermain karena pemerintah sedang menyiapkan kompetisi baru. Sanksi FIFA hanya berlaku di luar Indonesia. Kita mendukung Menteri Susi melawan mafia ikan, Menteri Sudirman Said melawan mafia migas dan sudah saatnya mafia sepak bola diberantas. Lalu sekarang pilihan di tangan Anda, memilih timnas kita hanya bertanding saja di kompetisi internasional atau berprestasi di kompetisi internasional?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline