Lihat ke Halaman Asli

Mencari Arti Keadilan

Diperbarui: 14 Mei 2017   12:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Kalau putusan hakim pun diragukan, maka ini akan menjadi awal terjadinya ketidakadilan. Lalu akan banyak yang akan menuntut sebuah kebenaran. Lalu pertanyaannya, keadilan seperti apa yang sebenarnya dimaksud? Apakah kita semua sudah satu sepemahaman terkait makna dan tujuan dari keadilan itu ? Apakah kita semua memang sudah bersikap adil juga terhadap kehidupan kita sehingga kita bisa menuntut keadilan itu ke muka umum ?
 Ada sebuah ilustrasi lama yang bercerita seperti ini, ada 2 orang siswa yang berdebat mengenai sebuah kebenaran. Siswa A menyampaikan kepada siswa B bahwa 10 + 10 = 20, tetapi siswa B bersikeras bahwa 10+10=22 dengan nada keras dan emosional dia menyampaikan statmennya itu kepada siswa A. Hingga terjadi perdebatan panjang yg berujung kepuncak emosional, hingga akhirmya siswa B mengancam akan menhajar siswa A kalau dia masih tetap ngeyel tidak percaya kepada siswa B. Akhirnya siswa A mengajak siswa B menemui sang guru matematika mereka disekolah, lalu menanyakan tentang kebenaran dari perselisihan mereka. Ketika dihadapan gurunya, mereka menceritakan semua kronologi perdebatan mereka hingga menceritakan ancaman yg di sampaikan siswa B kepada siswa A. Akhirnya sang guru menyampaikan kepada mereka bahwa jawabannya yang benar adalah statment dari siswa B. Dengan rasa bangga dan bahagia, siswa B tertawa karena dia merasa perdebatan yang dia lakukan telah dimenangkan oleh dia yang mengakibatkan redanya emosi dari siswa B kepada siswa A. Lalu setelah pertemuan mereka bertiga selesai, siswa A menemui sang guru dan bertanya, "mengapa  bapak membenarkan statment yang disampaikan oleh siswa A ? Bukankah sudah jelas kalau 10+10=20 pak ?"
 Dengan tersenyum sang guru menyampaikan bahwa, " Nak, sampai saat ini kebenaran belum bisa melindungi orang-orang yang benar. Seandainya bapak bersikap idealis dan menyatakan kamu benar, akan kah kamu akan pulang dengan selamat ? Saya rasa tidak, emosi dari siswa B telah menguasai dirinya. Dia tidak akan rela dipermalukan dihadapan lawannya, dan mungkin ketika saya menyampaikan kebenaran kepadanya, hal tersebut akan menciptakan sebuah dendam kepadamu. Karena dia merasa telah dipermalukan. Kebohonganku mungkin tidak adil dihadapanmu, tetapi jika kamu memandang ke depan kebohonganku akan menjadi perlindungan bagimu. Biarkanlah dia belajar kebenaran itu dengan sendirinya. Suatu saat dia akan mengingat kamu yang benar ketika dia sudah menemukan kebenaran itu. 

 Terkadang kita tidak memahami keadilan yang kita tuntut. Karena kita hanya memandang/memaknai keadilan dan kebenaran itu hanya dari satu sisi. Terkadang pula untuk menemukan keadilan itu, kita harus dipaksa melihat sisi lain agar kita dapat memahami keadilan seperti apa yang diharapkan demi mencapai sebuah kebenaran yang sesungguhnya.
 Kebenaran memanglah harus diwujudkan, tetapi dengan kebenaran itu apakah kita akan bisa bersikap adil ?

 Radius Pane




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline