Beberapa bulan ke depan, Republik Indonesia akan berumur 75 tahun. Usia yang tidaklah muda lagi. Tepat pada 17 Agustus 2020, genaplah secara formal kita menghirup udara kemerdekaan selama 27.375 hari.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, dan ini lagi-lagi merupakan pertanyaan klasik, benarkah rakyat Indonesia telah benar-benar merdeka sejati-jatinya merdeka?
Pertanyaan ini menjadi lebih relevan, disaat rakyat Indonesia sedang berjibaku, berjuang, melawan pandemi covid-19 yang tengah meluluhlantakkan dunia, termasuk Indonesia.
Mengapa pandemi covid-19 menjadi amat memiliki relevansi dengan rasa kemerdekaan rakyat Indonesia saat ini? Karena pada akhirnya, kebijakan negara terkait pencegahan penyebaran covid-19 bersinggungan erat dengan ketahanan kehidupan rakyat sekecil-kecilnya dalam mempertahankan hidup dan kehidupannya.
Bukan saja dari bahaya kematian wabah covid-19 tetapi juga dalam mempertahankan kehidupan ekonomi mereka, sesuatu yang tidak kalah menakutkannya karena juga dapat mengakibatkan kematian massal karena kelaparan.
Kebijakan negara, terkait social distancing, baik pusat maupun daerah, yang kemudian juga membatasi aktivitas-aktivitas lain, termasuk juga untuk bekerja dan berekonomi, melahirkan pula ancaman maha dahsyat.
Betapa tidak, akibatnya, sektor industri kecil menengah dan sektor pekerja non formal langsung mendapatkan dampak serius. Padahal dari sektor itu saja, ada puluhan juta rakyat yang menggantungkan nafkah bagi diri dan keluarganya.
Di sisi lain, negara sedang menghadapi jumlah angka kematian akibat covid-19 yang juga mengkhawatirkan, sehingga kemudian dipandang harus memberlakukan beberapa kebijakan pembatasan seperti PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) untuk mencegah penyebaran dan berpindahnya virus covid-19.
Kita pada akhirnya terbukti tidak siap, bukan hanya tidak siap menghadapi pandemi covid-19 yang mematikan, tetapi juga tidak siap menjaga ketahanan ekonomi rakyat. Suatu nilai dasar yang sesungguhnya selama ini berdiri diatas kepemimpinan nasional (yang berganti berulang) yang juga rapuh dan melemahkan rakyat.
Hari ini, dimana-mana gaduh. Rakyat teriak sulit makan mulai terjadi dibanyak tempat. Tingkat kriminalitas meningkat tajam. Rasa keamanan rakyat terancam.
Apakah ini semua karena covid-19 semata? Pertanyaan ini layak kita pertegas agar kita tidak tersesat arah, agar kita tidak terkelabui oleh fatamorgana kesejahteraan rakyat semu yang selama puluhan tahun merdeka dijejali oleh kekuasaan kepada rakyat.