Saat ini kawasan Timur Tengah kembali memanas. Perkembangan terakhir menyebutkan bahwa akan terjadi saling serang antara Israel dan Iran.
Sudah sejak lama dunia tahu bahwa Iran melakukan pengayaan uranium, dan khusus untuk negara barat (AS & Eropa) serta aliansinya menganggap bahwa pengayaan uranium tersebut bertujuan untuk menciptakan teknologi yang bisa membuat senjata nuklir. Sikap Iran yang tertutup dan tidak mau bekerja sama dengan International Atomic Energy Agency (IAEA) membuat dugaan negara-negara barat menguat sehingga akhirnya Iran pun diberi label rogue state.
Presiden Iran yang sekarang, Mahmoud Ahmadinejad, adalah salah satu musuh terbesar aliansi negara barat. Sikapnya yang lugas dan tegas tak kenal takut membuat tokoh yang satu ini sangat disegani oleh kawan dan lawannya. Ahmadinejad bersikeras bahwa pengayaan uranium yang dilakukan oleh negaranya hanya digunakan sebagai pembangkit listrik. Iran menolak campur tangan IAEA karena Iran tidak percaya kepada organisasi tersebut dan memandang IAEA sebagai alat negara barat untuk membatasi kepemilikan nuklir agar dimiliki oleh kalangan mereka saja.
Usaha yang dilakukan negara barat dan aliansinya untuk memperingatkan Iran sudah sangat banyak. Cara yang lunak sudah digunakan seperti peringatan Dewan Keamanan PBB yang berujung pada diberlakukannya sanksi dan embargo terhadap Iran. Dan cara yang keras pun sudah digunakan yakni dengan menculik dan membunuh para ilmuwan nuklir Iran. Namun, Ahmadinejad dan negara tersebut tidak bergeming. Seakan menutup telinga, Iran tetap bekerja melakukan pengayaan uranium yang tujuan aslinya mungkin hanya Ahmadinejad yang tahu pasti.
Sikap Iran yang seperti ini menimbulkan perdebatan serius di kalangan pengkaji hubungan internasional. Di satu sisi, sikap Iran yang menutup diri membuatnya pantas dicurigai sedang mengembangkan senjata nuklir dan hal tersebut tentu saja sangat berbahaya karena tidak hanya dapat mengancam keamanan kawasan tapi juga keamanan dunia. Namun di sisi lain, keberadaan negara seperti Iran sangat penting sebagai perimbangan kekuatan di sebuah kawasan agar tidak terjadi satu mendominasi atau mengeksploitasi yang lainnya.
Pandangan yang popular tentu saja adalah pandangan yang pertama yakni Iran sebagai negara yang berbahaya sehingga harus ditekan agar tidak semakin membahayakan negara lain. Karena taktik barat dan peran media, opini public pun terbentuk selaras dengan pandangan yang pertama. Sedangkan pandangan kedua menjadi seperti tidak relevan karena hampir tidak ada negara di dunia ini yang secara nyata berani memberikan dukungan terhadap Iran.
Beberapa hari ke depan akan menjadi hari yang sangat panas bagi kawasan Timur Tegah, terutama bagi Israel dan Iran. Israel dan sekutu baratnya serta didukung oleh negara-negara Islam di Teluk Arab telah semakin yakin bahwa senjata nuklir Iran sudah hampir jadi atau bahkan mungkin sudah jadi. Mereka merasa perlu mengambil sikap yang tegas terhadap Iran dengan melakukan serangan preemptive sebelum Iran yang menyerang mereka. Security dilemma tampaknya akan segera terekskalasi menjadi konflik terbuka apabila ada satu pihak saja yang tidak mampu menahan diri.
(http://www.reuters.com/article/2010/03/17/us-mideast-adversaries-idUSTRE62G1SH20100317)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H