Lihat ke Halaman Asli

Alasan Mengapa Bumi Itu Bulat Bukan Datar

Diperbarui: 6 November 2023   17:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

detik.net.id

Bumi adalah planet ketiga dari delapan planet yang paling dekat dengan matahari dan satu-satunya planet dengan beragam organisme hidup. Secara umum lapisan bumi terdiri dari beberapa bagian yaitu : kerak bumi (hancur), mantel dan inti bumi. Saat berjalan di Bumi, manusia tentu akan merasa seperti sedang berjalan di permukaan yang datar.Padahal bumi sebenarnya bulat.

Bumi dan semua planet berbentuk bulat karena pada saat terbentuk, planet-planet tersebut terbuat dari bahan cair yang sangat panas. Karena gravitasi selalu mengarah ke pusat massa, gravitasi menekan benda-benda di bumi secara merata ke segala arah dan membentuk bola. Gambar yang diambil dari luar angkasa menunjukkan bahwa bumi tampak bulat. Namun, planet ini pada dasarnya berbentuk elips dan terus berubah. Bagian bumi yang khatulistiwa jauh lebih besar dibandingkan bagian kutub. Ocean Service melaporkan panjangnya sekitar 70.000 kaki (21.336 meter).

Ilmuwan Aristoteles (yang melakukan banyak pengamatan tentang sifat bulat Bumi) memperhatikan bahwa saat terjadi gerhana bulan, siluet permukaan satelit berbentuk lingkaran. Bayangan ini menjadi bukti kuat bahwa bumi itu bulat. Hanya saja, jika dicermati lebih dalam, beberapa planet di tata surya berbentuk lebih bulat dibandingkan lainnya. Merkurius dan Venus merupakan planet paling bulat dengan bentuk marmer yang hampir sempurna. Namun, beberapa planet tidak berbentuk bulat sempurna.

Sekitar 500 tahun sebelum Masehi (SM), filsuf Yunani Pythagoras diyakini sebagai orang pertama yang mengemukakan gagasan bahwa bumi itu bulat. karena gravitasi planet menarik secara merata dari semua sisi. Gravitasi menarik dari pusat ke tepi seperti jari-jari roda sepeda. Hal ini memberi planet ini bentuk umum, sebuah bola, yang merupakan lingkaran tiga dimensi.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline