“Kamu pikir kamu siapa? Saya ini bos kamu!” Kalimat yang sering kita dengar di TV. Sudah menjadi rahasia umum bahwa bawahan harus tunduk pada bosnya, menurut pada aturan yang dibuat olehnya dan berlaku pada bawahannya.
Memang aturan tersebut baik, untuk mengontrol bawahannya agar tetap on the track. Tetapi ketika kita membangkang, memberontak dan sebagainya, maka kalimat diatas akan keluar dari mulus di bos.
Mengapa bisa begitu? Terkadang memang ada orang yang sukanya mengkritik, tetapi ketika dirinya dikritik orang lain apalagi oleh orang yang pangkatnya lebih rendah darinya, dia merasa bahwa dirinya lebih benar, maka dia tidak terima dengan kritik.
Tetapi ada pula orang yang senang bila dikritik, entaholeh yang pangkatnya lebih tinggi atau rendah, dia tidak memperdulikan, dia hanya butuh kritik untuk dapat membenahi dirinya.
Masih adakah orang seperti itu? Jarang.
Iya, Jarang. Orang cenderung marah dan kesal bila dikritik, apalagi oleh bawahan. Dianggap telah melakukan tindakan lancang kepada orang yang pangkatnya lebih tinggi. Padahal yang kita inginkan adalah lebih baik.
Aku jadi ingat baca sebuah cerita dimana seorang Office Boy yang mengrkritik cara sikap direktur kepada karyawannya.
Jadi, di sebuah perusahaan X yang dipimpin oleh seorang direktur yang sebenarnya tegas, tetapi cara dia memperlihatkan “tegas” tersebut salah. Dia selalu menyalahkan karyawan ketika masalah sepele. Sikapnya dingin, dan terlalu tegas tanpa memberi “ruang” kepada pada karyawannya, deadline terus menerus. Karyawan mana yang tidak stress. Serasa seperti ditindas.
Suatu ketika, OB yang bekerja di tempat tersebut merasa bahwa jika ini terus dibiarkan, maka perusahaan tidak akan bisa maju.
Maka, ketika dia bertemu direktur yang saat itu berada di ruangannya sedang memarahi salah satu karyawan, dia datang dan berkata “Maaf, pak. Saya tahu bapak tegas, saya tahu bapak disiplin dalam bekerja, tetapi jika bapak tidak memperdulikan karyawan, apakah bapak yakin semua karyawan yang bekerja di tempat bapak bisa setia? Tolong beri mereka ruang agar bisa lebih leluasa.”
Direktur tersebut kaget, dan sepertinya dia akan marah, tetapi dia berpikir bahwa apa yang dikatakan OB itu benar, akhirnya direktur tersebut bilang “Lancang sekali kamu, datang ke ruangan saya.”