Minggu pagi tempo lalu. Saya menyusuri jalan-jalan sekitar pekarangan rumah. Tidak jauh dari tempat saya berdiri, sosok itu terlihat. Wajahnya bersahaja. Pakaiannya seragam serba biru. Dengan topi kusut yang bertengger dikepalanya, dan sapu ijuk tinggi yang digenggamnya. Seorang bapak dan ibu nun jauh disana yang hemat saya berumur50-an tetap fokus membersihkan jalanan tanpa memperhatikan ada motor atau mobil yang lewat. Sesekali, terlihat orang-orang yang sedang berjalan melintas didepan si Bapak dengan ringannya mendaratkan sampah snack atau sekedar bungkus rokok didepannya. Mumpung ada tukang sapu ini, sekalian aja deh.... pikir mereka. Namun, dengan senyum ikhlas si Bapak terus menyapu. Tidak peduli seberapa banyak sampah yang orang-orang buang, ia tetap menyapu. Kadang, terlihat peluh yang mengucur dari keningnya. Tidak peduli, ia tetap menyapu. Terlepas dari tugas utamanya sebagai tukang sapu jalanan, ia senantiasa berpikir dan bersikeras mencari tahu makan apa anak-anaknya nanti malam, atau bagaimana cara mendapatkan uang untuk bayar hutang tetangga. Pakaiannya sudah kumal karena terkena debu jalanan atau asap motor/mobil. Wajahnya juga sudah kusam. Seharian, dibawah terik matahari para penyapu jalanan itu mereka harus bekerja, mencari nafkah keluarga, membanting tulang demi penghidupan, melawan kerasnya hidup demi ketenteraman anak-isteri. Keikhlasan yang terpancar dari wajahnya, tak membuat Bapak ini patah semangat dan mengurungkan niatnya untuk membersihkan jalan-jalan besar di Kota Jakarta. Sampah-sampah yang bertebaran, tidak membuatnya jijik sedikitpun untuk memungut dan membuang pada tempat yang seharusnya. Ia adalah pahlawan bangsa. Pahlawan jasa yang senantiasa membuat kita menjadi nyaman saat berjalan, pahlawan yang senantiasa membuat mata kepala dan mata hati kita senang terhibur, pahlawan yang tak pernah luput akan debu maupun kotoran jalanan. Ia adalah pahlawan dunia. Pahlawan yang kita tidak sadari, telah membersihkan jalan-jalan tempat kita tinggal. Hargailah mereka sebagai manusia yang pantas untuk dihargai. Tukang sapu jalanan juga butuh perhatian. Mereka sering terabaikan, karena terlalu banyak orang lalu-lalang didepan mereka. Yang padahal mereka peduli agar kita tidak terpeleset, jatuh, atau bahkan celaka. Inilah sosok pahlawan dimata saya. Pahlawan bangsa yang tidak pernah henti membersihkan jalanan, membersihkan pikiran-pikiran kotor yang berkecamuk, dan membersihkan mata hati saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H