Lihat ke Halaman Asli

Pengalaman Pertama Menjadi Interpreter

Diperbarui: 18 Juni 2015   00:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1410792334862233807

I don't have a great imagination to share something with you that you don't know, so it's about interpreting things--a dialogue. - Nate Lowman

Saya tak punya pengalaman besar untuk dibagikan pada Anda yang Anda tidak tahu, jadi ini tentang menafsirkan berbagai hal--tentang menciptakan sebuah dialog.



Mendengar kata interpreting rasanya masih sangat awam di telinga orang Indonesia. Tenang saja! Anda tidak sendirian. Awalnya, saya juga berpikir bahwa interpreting itu tidak jauh-jauh dari kegiatan menafsirkan atau memparafrasekan sesuatu yang dinilai sulit dan kompleks untuk diterima otak. Saking kompleksnya harus diurai terlebih dahulu, baru bisa mengerti.

Ternyata saya keliru.

Lagi-lagi saya harus bersyukur bahwa program studi Sastra Inggris Unpad menawarkan mata kuliah Interpreting di semester ini. Sayangnya, mata kuliah ini hanya bersifat pilihan. Ditambah lagi, peminatnya tidak begitu banyak (sekitar 20 orang). Padahal, kalau mau dilihat-lihat lebih jauh, kegiatan ber-interpreting ini selain bisa melatih kinerja "otak kedua" (bagian dari otak yang kita gunakan untuk mengatur kinerja berbahasa) juga bisa menghasilkan banyak fulusss alias uang. Hihihi. Seru, ya? Hanya dengan modal bahasa Inggris yang baik dan berani tampil, voila! Karier Anda bisa melejit dalam kejapan mata.

Kedengarannya enteng. Easier said than done. Memang! Tapi pengalaman saya yang satu ini jadi buktinya. Hehe. Beberapa hari yang lalu, saya dan Fitria Jamal, ketua Korps Protokoler Mahasiswa (KPM) Universitas Padjadjaran periode 2013, dipercaya oleh tim protokoler Gubernur Jawa Barat untuk menjadi Master of Ceremony di acara Gala Dinner International Symposium on Sustainability Science: Understanding Climate Change Phenomena for Human Well Being. Gala dinner ini memang acara khusus yang digelar setelah simposium berakhir, yang digelar hari Senin dan Selasa, 8 dan 9 September 2014 di kampus Unpad Dipati Ukur. Saya deg-degan dua hari dua malam sebelumnya. Bagaimana tidak? Kali ini gubernur jawa barat yang mengundang! Gala Dinner pula!

[caption id="attachment_324170" align="aligncenter" width="560" caption="Pemandangan dari atas panggung (dok.pri)"][/caption]

Meskipun saya sudah pernah diajak bekerjasama oleh KPM Unpad dan diajak untuk jadi MC, tetapi kali ini berbeda. Teh Fitria, yang sudah dua kali menjadi MC untuk Gala Dinner, menjelaskan secara singkat bahwa nanti, saat acara berlangsung, mengingat ini acara internasional, ada satu momen di mana MC harus menerjemahkan kesan/pesan saat pembicara atau tamu dari luar negeri memberikan sambutan. Yang artinya, saya harus melakukan interpreting! Wah, tentu saja ini menjadi tantangan tersendiri, mengingat saya belum pernah melakukan ini sebelumnya. Ini kesempatan sekali seumur hidup, batin saya.

Singkat cerita, tibalah waktunya gala dinner. Acara diselenggarakan di Graha Sanusi Unpad Dipati Ukur. Sesuai jobdesc masing-masing, teh Fitria sebagai MC  bahasa Indonesia dan saya bahasa Inggris, kami pun membuka acara gala dinner itu. Tampak beberapa wajah asing duduk di roundtable depan, tidak jauh dari panggung. Beberapa dari para tamu mungkin bisa mendapati tangan saya bergetar ketika memegang placard. Hehehe. Tapi biarlah, biar ada cerita.

Hingga tibalah saatnya momen saya. My own moment. Sesi setelah makan malam waktu itu adalah bermain angklung bersama. Saya dan teh Fitria harus mengundang para tamu untuk berdiri dan maju ke depan di dekat panggung, setelah sebelumnya diberikan angklung satu per satu. Dan seketika, pengalaman ini menjadi pemandangan yang sangat menarik! Para tamu sudah siap dengan angklungnya masing-masing dan berdiri tidak jauh dari panggung, ketika Mas Adit, pengarah dari permainan angklung dari UPT Kesenian Unpad, memimpin kami. Beliau menjelaskan instruksi bagaimana bermain angklung dengan detil kepada para tamu, dalam bahasa Indonesia. Dan tugas saya adalah, tentu saja, menerjemahkan setiap kata yang dia ucapkan, secepat mungkin. Teknik interpreting ini disebut juga simultaneous interpreting.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline