Lihat ke Halaman Asli

Dailinar Utomo

pemerhati pikiran

Pimpinan Temperamental

Diperbarui: 14 Desember 2021   13:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Apakah anda pernah bertemu atau sedang punya pimpinan yang sedikit-sedikit marah untuk alasan yang terkadang menurut anda sepele? Atau justru itu anda sendiri? silahkan lanjutkan membaca tulisan ini.

Suasana kerja tidak nyaman, berupa ketakutan individu terhadap organisasi biasanya hasil kolaborasi aktif antara pimpinan yang temperamental dengan kebiasaan jabatan menengah untuk selalu tampil menyenangkan kemauan pimpinan. Keduanya sama-sama menjaga status quo, pimpinan ingin disegani, jabatan menengah ingin mempertahankan posisi. Benar sekali, yang selalu jadi korban adalah posisi dibawahnya.

Ketakutan tersebut membuat organisasi membeku secara perlahan. Pimpinan hanya ingin mendengar apa yang ingin didengar. Tidak ada yang berani membawa bahan evaluasi yang buruk untuk dinaikkan ke atas. Kalau ada kabar buruk maka ketakukan untuk mutasi, demosi bahkan sengaja dibebas tugaskan muncul dengan sendirinya.

Kebekuan organisasi menjadi problem dalam melakukan transformasi dan inovasi. Karena untuk sekedar menyampaikan usulan saja, ada banyak hambatan situasi. Ada istilah impotensi inovasi karena semua orang lebih peduli dengan posisi dan jabatan yang ada, daripada memikirkan rencana perusahaan ke depan. Ibarat lebih suka berebut kamar, daripada memikirkan untuk merawat rumah supaya tidak roboh.

Problem berikutnya yang akan muncul adalah hasil kerja yang tidak nyata. Tercapai dan tidak tercapai merupakan hasil, yang sama-sama perlu di evaluasi dan proyeksi. Tetapi apabila setiap orang takut menyampaikan ketidaktercapainanya, maka pilihannya adalah membuat data ganda. Satu untuk laporan presentasi kepada pimpinan tentu dengan data yang sudah banyak di modifikasi, yang satu data riil yang disimpan.

Perlahan tapi pasti, hal tersebut akan menumpulkan semua kebijakan yang akan diambil oleh pimpinan. Strategi perusahaan tidak berjalan secara optimal. Hingga mempengaruhi kinerja keseluruhan dari perusahaan. Itupun seringkali pimpinan terlambat menyadari.

Setelah pimpinan sadar bahwa ada yang tidak beres dengan arah perusahaan. Pimpinan temperamental akan mengejar kekurangan dengan cara temperamen juga. Menekan semua orang agar bisa sesuai dengan target yang ditentukan. Kondisi stress makin parah, tidak ada yang termotivasi untuk membuat kondisi membaik, dan kompetitor pun mulai menggilas perusahaan.

Pada prinsipnya, sebagai pimpinan, memberikan rasa takut 'sederhana' mungkin sehat untuk memacu pekerjaan mereka. Hal itu menunjukkan bahwa pimpinan memperhatikan apabila ada yang kurang baik dalam bekerja. Jika rasa takut itu disebarkan secara berlebihan kepada semua anggota tim tanpa pandang bulu, jadinya seperti yang dibahas diatas.

Sebagai pimpinan perlu mendorong dan memberi teladan berupa dialog yang terbuka dan positif, sehingga umpan baliknya bisa dijadikan bahan untuk evaluasi dan proyeksi. Dari situ strategi bisa dirumuskan lebih tajam untuk mengiris realita bisnis diluar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline