Lihat ke Halaman Asli

Menyikapi Aborsi dari Perspektif Etika Kristen

Diperbarui: 30 Oktober 2024   20:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menyikapi Aborsi dari perspektif Etika Kristen

Aborsi salah satu topik yang menarik diperdebatkan. Topik ini tidak mudah untuk diuraikan apalagi diperdebatkan sebab berbagai aspek tersangkut padanya; aspek medis, hukum, teologi, etika, sosial dan personalitas. Ini begitu dilematis karena menyinggung seks dan reproduksi, masalah kehidupan dan kematian seseorang. Sehingga, orang Kristen tidak bisa menghindar begitu saja dalam pengambilan keputusan pribadi dengan alasan perdebatannya terlalu sulit. Menarik untuk diperhatikan, data yang dirilis baru-baru ini oleh Asosiasi Reformasi Hukum Aborsi memperkirakan bahwa sebanyak kira-kira 55.000.000 aborsi berlangsung setiap tahun, yang berarti bahwa lebih dari satu aborsi terjadi setiap detik. Lalu, apakah hal ini di benarkan atau disalahkan? Jika benar sejauh mana? Jika salah sejauh mana?

            Pada abad ke- 5 SM, banyak dokter mendukung Sumpah Hipokrates kuno dan menjalankan tujuan utama yang tercantum didalamnya: “Saya akan mengikuti (menjalankan ) metode pengobatan, pokok-pokok persoalan yang menurut kemampuan  dan penilaian saya, saya anggap baik ( bermamfaat) bagi kepentingan pasien saya, dan menjauh kan diri dari apapun yang merusak dan merugikannya. Demikian juga saya tidak memberi alat kepada seorang perempuan yang hamil untuk melakukan aborsi.” (John Stott, Isu-Isu Global).

            Oleh karena beberapa pasal dalam sumpah ini tidak relevan, deklerasi Jenewa (1948) membuat atau merevisi sesaui konteks masa kini, sekaligus menjaga agar di dalamnya tercakup sumpah, “saya akan menghormati kehidupan maanusia mulai dari saat terjadi pembuahan”(lihat. Isu-isu global). Di sisi lain, lembaga hukum di Inggris (the Infant Life-Presevation-Act), tahun 1929, yang mengatur bahwa sesuatu tindakan tidak bisa dihukum “ apabila dilakukan dengan itikad baik dengan tujuan agar menyelamatkan nyawa ibu”. Kelihatannya bahwa aborsi sangat dilarang keras. Akan tetapi, Aborsi juga diperbolehkan jika dilakukan dengan tujuan baik, menyelamatkan nyawa si ibu. Menarik untuk diperhatikan,  bahwa Aborsi dalam pandangan ini seolah-olah mempunyai tempat untuk diperbolehkan atau dibenarkan.

            Kepentingan pribadi sangat menetukan untuk bisa membenarkan atau menyalahkan aborsi dan perdebatan ini tidak kunjung selisai. Bagi yang kontra, mereka menekankan hak bayi yang belum lahir. Bayi mempunyai hak untuk hidup sehingga dengan ini melarang akan adanya aborsi. Di sisi lain, ada yang kontra mereka menekankan kepentingan si Ibu, si ibu bebas memilih. Namun hal bisa saya lihat bahwa orang kontra kurang mempunyai rasa belaskasihan. Namun, ada beberapa alasan yang pro akan aborsi ini; Mereka mengatakan mempunyai kesulitan Ekonomi, mungkin si ibu masih remaja atau masih sekolah, atau bahkan hasil dari pemerkosaan; hal-hal seperti ini seperti itu sendiri cukup berat.

            Salah satu kasus Aborsi yang sangat dilematis iyalah, ketika  seorang remaja yang mengalami pemerkosaan. Akibatnya, si remaja yang tidak menginginkan lahir si anak mengutuskan untuk melakukan Aborsi. Dia mengatakan, bahwa keluarga tidak menginginkan lahirnya si anak tampa mempunyai seoarng ayah, alasan lain yang disebut ialah masalah ekonomi, tidak bisa membiayai si Anak.

            Dari berbagai keaadaan ini,  saya sangat dilematis dengan mengatakan bahwa tindakan aborsi ini salah, ataupun benar. Akan tetapi kalau kita melihat dengan cermat bahwa tindakan Aborsi dilakukan dengan Itikad baik, menyelamatkan nyawa Si ibu. Akan tetapi tindakan aborsi sangat tidak baik jika dilakukan dengan sengaja untuk berhubungan seks tetapi tidak dipertanggung jawabkan kehidupannya. lalu, bagaimana Etika Kristen menyikapi topik ini? adalah satu-satunya pemberidan pengambil kehidupan. Di satu sisi, penopang,Apakah diam saja? Atau bagaimana sikap Kristen tentang aborsi? Bagaimana Alkitab membicarakan Aborsi ini?

 Bagaimana Orang Kristen Menyikapi Aborsi

Semua orang Kristen mengatakan  bahwa Allah Yang Mahakuasa adalah satu-satunya pemberi, penopang, dan pengambil kehidupan. Di satu sisi, Allah lah yang memberi hidup dan napas dan segala sesuatu kepada semua orang, dan di dalam Allah kita hidup, bertumbuh dan berakar dan berbuah (lihat, Kolose. 1:15-16 band.Kol. 2:6-7). Di sisi lain, seperti yang dikatakan oleh Pemazmur kepada Allah, “Apabila Engkau mengambil roh mereka, mereka mati binasa dan kembali menjadi debu”. Dengan perpekstif seperti ini, iman Kristen bergumul untuk ,menegaskan bersama-sama dengan Ayub bahwa: “Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan” (Lih Kis 17:25, 28; Mzm 104:29; Ayub 1:21). Jadi, bagi orang Kristen, memberikan kehidupan maupun mengambil kehidupan, dua-duanya merupakan hak prerogative Allah.   Marilah kita melihat dalam Ul. 20:13, di sini diberi perintah untuk tidak membunuh. Namun, kita tidak bisa menfasirkan “jangan membunuh” sebagai larangan mutlak, karena hukum yang sama yang melarang pembunuhan juga menyetujuinya dalam beberapa situasi, mksudnya bahwa menghilangkan nyawa manusia tetap merupakan hak prerogative Allah yang diijinkan  bagi umat manusia dengan mandat Allah tertentu. Misalnya, Allah mengijinkan umat-Nya bangsa Israel memusnahkan bangsa Kanaan (bangsa yang tidak percaya akan Allah). Tampa hal itu, mengakhiri kehidupan seseorang merupakan tindakan yang tidak manusia.

            KESIMPULAN

  • Manusia adalah gambar dan rupa Allah, sehingga manusia mempunyai hak yang sama sebagai gambar Allah
  • Allah mempunyai hak prerogative untuk kehidupan manusia, sehingga berbicara kehidupan dan kematian itu adalah hak-Nya, bukan hak manusia.
  • Berbagai alasan di atas yang pro Aborsi, misalnya karena diperkosa atau anak yang tidak diingini, dan lain-lain,  bukanlah sikap yang dibenarkan dalam etika Kristen. Karena hidup milik Allah, kematian milik Allah juga.
  • Menghargai kehidupan (menghapus aborsi)  merpukan wujud Takut akan Tuhan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline