Kereta api. Si hitam yang dulu suka disandingkan dengan kata manis ini tentunya sudah banyak ditulis ceritanya oleh kompasianer. Tetapi karena ini adalah postingan pertama saya, maka tak apalah satu cerita lagi bertambah tentangnya.
Kereta api. Transportasi ini sudah sangat akrab di hati dan raga saya. Lebay? Sepertinya tidak terlalu. Dari balita, kanak-kanak, sampai saya kuliah, kerja dan sekarang sudah jadi Ibu-ibu beranak satu, kereta api tetap dipilih sebagai transportasi jalan darat. Mungkin karena kota saya yang belum punya airport juga sih, jadi manalah mungkin naik pesawat waktu mudik. Hiks.
Seminggu yang lalu, saya beserta suami dan anak naik kereta dari Jakarta ke Purwokerto. Jum'at malam berangkat naik Sawunggalih eksekutif. Tiga tiket atas nama kami bertiga. Ya, anak saya yang berusia sembilan bulan kurang sehari kala itu juga punya tiket lho. Harganya 10% dari harga tiket orang dewasa. Sempat Ge-eR deh kirain mau dikasih selimut tiga biji atau bonus bantal. Kan anak saya bayar, padahal tempat duduknya nggak nambah, hehehe. Ibu-ibu nggak mau rugi.
Hari minggunya suami akan kembali lagi ke Jakarta. Tiket sudah di tangan. Kereta yang akan dinaiki adalah Bima, tujuan Surabaya - Jakarta. Jadwal keberangkatan pukul 1.30 pagi dari stasiun Purwokerto. Kira-kira 45 menit sebelum keberangkatan, suami sudah berangkat ke stasiun. Saya yang tidak ikut balik ke Jakarta bersiap akan melanjutkan tidur sambil membayangkan suami tidur di kereta sampai pagi. Lha kok tiba-tiba ada telepon dari suami : "ma, gak jadi balik jakarta. Tiketku hangus". Appppaaa?!?? Saya yang napsu mau tanya-tanya di telepon mengurungkan niat dan meminta penjelasannya di rumah.
Jadi begini ceritanya, suami beli tiket online. Jum'at, tanggal 7 juni berangkat ke Purwokerto naik sawunggalih. Balik Jakarta hari minggu, tanggal 9 naik Bima. Sampai sini saya masih kekeuh sumekeuh kalo gak ada yang salah dengan tiket yang sudah dibeli, kenapa tiket bisa hangus??Ternyata, kereta Bima tujuan Surabaya - Jakarta itu memang benar adanya berangkat tanggal 9. Yang bikin hangus adalah, si Bima yang perkasa ini sampai Purwokerto jam 1 dini hari, yang berarti berangkat dari sana menuju Jakarta sudah masuk tanggal 10 juni. Eeee....lhadalahhhh.... Dagelannn. Jadi ada 4 orang yang gigit jari di pagi yang sial itu. Tiga dari mereka termasuk suami saya beli online, dan yang satu lagi beli di agen perjalanan.
Saya jadi bertanya-tanya. Logika dan aturan PT. KAI ini sebenarnya betul. Tapi orang nggak ngeh. Kebanyakan penumpang pasti akan berpikir simpel. "saya berangkat jum'at, balik minggu malam". Ini pola pikir penumpang yang kudu di upgrade, atau PT. KAI punya Pe-eR untuk sosialisasikan mengenai penentuan tanggal tiket kereta api ya?
Ahhhh... Tulisan yang berbaur curhat nih, hehehe. Akhirnya malam itu saya tidur sama suami lagi deh, sambil kipas-kipas tiket hangus senilai dua ratus delapan puluh ribu rupiah. :-)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H