Lihat ke Halaman Asli

Menjadi "Bocah Petualang" Bersama "Anak Seribu Pulau"

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12971600891741886578

Masih ingat dengan cerita anak seribu pulau? Tayangan bernilai edukasi yang di diproduseri dan disutradarai oleh Garin Nugroho dan Mira Lesmana pada tahun 1995. Jika tak ingat, saya pun juga tidak terlalu ingat, karena waktu itu masih umur sekitar 6 tahun. Untuk mengingatkan, hari ini ada tayangan yang mirip, namanya "bolang" bocah petualang. Kehidupan saya di sei gohong saat ini, mirip seperti di tayangan itu. Di sei gohong bersama teman-teman kecil, kami punya tempat favorit untuk mandi di sungai, namanya sungai batu dan airnya masih bersih. Lokasinya agak diatas bukit dan arusnya sedikit deras. Kami mandi dan bermain di sungai, meluncur mengikuti arus air hingga sampai di ujung. Kemudian berlari keatas agar bisa meluncur lagi ke bawah. Jika hari mulai sore, kami pergi ke tanah lapang untuk bermain sepakbola. Lapangannya sedikit tersembunyi di dalam hutan. Di sekitar lapangan terdapat banyak tanaman yang buahnya kecil dan manis. Belum pernah saya temui buah seperti itu, mereka menyebutnya buah mesisin. Sepanjang jalan ke lapangan, buah mesisin menjadi incaran. Kemudian kalau sedang ingin, kami mencari sampan untuk memancing ikan di sungai. Bermodalkan kayu, kail, dan cacing, ikan hampir pasti bisa di dapat. Siang ikan dipancing, malamnya menjadi santapan. Digoreng, dibakar, atau dimasak dalam daun pisang, rasanya tetap enak dan nikmat. Kenikmatannya adalah memakan ikan hasil pancingan sendiri. Jika ingin yang sedikit menantang, kami berenang menyebrang sungai yang arusnya cukup deras. Di seberang sungai, menanti sebuah tanah lapang berpasir putih. Seperti pantai di tepi sungai. Kalau air surut, kami bermain bola disitu, atau hanya sekedar bermain pasir. Kalau ingin yang sedikit santai, kami menyebrang dengan sampan sambil berlomba siapa yang tiba duluan. Cerita tentang negeri di awan Ada sebuah lagu yang berjudul negeri di awan yang dibawakan oleh Katon Bagaskara. Lagu ini juga menjadi lagu pengiring untuk tayangan anak seribu pulau. Liriknya adalah "...kau mainkan untukku, sebuah lagu tentang negeri di awan. Dimana kedamaian menjadi istananya, yang kini tengah kau bawa aku menuju kesana". Sungguh masa kanak-kanak yang indah. Tak peduli tentang kerasnya perjuangan hidup. Karena belum paham bagaimana susahnya orang tua mereka mencari hidup. Menjadi guru di sekolah, pedagang di pasar, buruh angkut karet, penambang emas illegal dll. Apapun mereka kerjakan demi uang. Agar anak mereka dapat terus bermain dan belajar serta berharap agar kelak mereka menjadi "orang". Saya pun tak peduli jika bermain dengan mereka yang bercelana merah (anak SD). Karena memang kami adalah teman. Bedanya hanya lahir lebih dulu. Selebihnya sama, atau bahkan mereka lebih. Alam mengajarkan mereka lebih. Secara alamiah mereka bisa berenang tanpa diajarkan. Tau caranya memancing, mengayuh sampan,dll. Semua diajarkan oleh alam. Alam memang terkembang menjadi guru. Beraktifitas bebas di alam luas. Bersama mereka yang bercelana merah, bermain tanpa kenal lelah. Mengisi waktu luang, daripada menyiakan waktu terbuang. Beristirahat di saat malam, menunggu hingga mata terpejam. Terbangun saat mentari menjelang dan suara jangkrik pun ikut menghilang. Digantikan suara kicauan burung, berharap hari ini tidak murung. Menikmati sejuknya semilir angin dan berharap hari ini masih seperti hari kemarin. Teruslah bermain teman kecil. Dimana kedamaian menjadi istanamu, dan kini sedang kau bawa aku menuju kesana. Disini memang seperti dunia mimpi, seperti "negeri di atas awan". Dan aku pun berharap hari ini masih seperti kemarin dan berharap akan tetap seperti ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline