Lihat ke Halaman Asli

Sungai Gohong, Rumah untuk 3 Bulan ke Depan

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat datang di Sei Gohong, sebuah kelurahan yang masih menjadi bagian dari Kecamatan bukit batu, Kota Palangkaraya. Seperti namanya, Sei (sungai) Gohong, kampung ini terletak di tepi anak sungai yang bermuara ke Sungai Kahayan.

Sama seperti di Kanada, disini saya tinggal bersama orang tua angkat. Bapak bekerja sebagi guru SD dan Ibu yang hanya bekerja dirumah (ibu rumah tangga). Saya tinggal dirumah yang berjarak 20 meter dan tepat berhadapan ke sungai. Sebelum program ini dimulai, saya diingatkan bahwa akan tinggal di desa dengan segala keterbatasannya. Sejak itu saya tidak pernah terlalu berharap banyak, karena akan kecewa kalau tidak mendapatkannya. Namun keadaan desa yang saya temui melebihi semua harapan saya, melebihi makna desa yang ada di pikiran saya.
Saya tinggal dirumah yang cukup besar, halaman luas, ada tv, kamar mandi dengan air bersih, Playstation 2, mesin cuci, serta tempat tidur yang nyaman. Itu semua lebih dari cukup untuk menggambarkan kalau rumah yang saya dapat akan membuat saya betah selama 3 bulan ke depan. Belum lagi makanan yang lezat seperti ayam dan ikan sungai yang berganti setiap hari.

Tinggal di tepi sungai, mengingatkan ku tentang rumah nenek saya di tepi Sungai Siak yang dulu sering saya datangi sewaktu kecil (karena sekarang mereka mereka sudah tidak tinggal disana). Tepat di depan rumah ku yang disini, ada sebuah tanah kosong berpasir putih (seperti pantai di tepi sungai) berukuran sekitar 15x15 meter yang menjadi tempat bongkar muat karet.

Kalimantan merupakan salah satu daerah penghasil karet di Indonesia dengan kualitas baik. Jadi karet yang telah disadap di daerah hulu sungai, kemudian dihanyutkan hingga tiba di Sei Gohong, untuk kemudian dipindah ke dalam truck dan dibawa ke pabrik. Saya tidak tahu kenapa metode ini yang digunakan. Apakah dengan menghanyutkan karet malalui sungai membuat biaya lebih murah, atau mereka terpaksa menghanyutkan karena tidak ada jalan raya yang memadai untuk dilalui kendaraan pengangkut. Tapi yang jelas, keberadaan karet ini menjadikan Sei Gohong sebagai tempat "transit" karet dari air ke darat, yang artinya memberi manfaat ekonomi bagi warga setempat. Saat karet tiba, warga sekitar menjadi buruh angkut.

Di seberang sungai ini, ada sebuah pulau (ada pulau di tengah sungai, cuma di Indonesia) yang menjadi tempat konservasi orang utan, untuk menyelamatkan orang utan yang masih tersisa. Keberadaan konservasi ini membuat banyak ilmu dari luar negri datang ke daerah ini. Orang-orang yang bekerja di NGO/LSM. Mungkin ini yang membuat daerah ini tidak terlalu tertinggal seperti desa-desa lain di Indonesia.

Tidak jauh dari rumah terdapat sungai kecil berbatu dengan air deras. Sungai ini menjadi tempat favorit kami untuk mandi, karena airnya bersih dan deras, bagus untuk menikmati seluncuran air. Jika ingin mencari ikan, tinggal datang ke sungai dan ikan akan mudah didapat. Tidak butuh kail dan pancing, hanya jala cukup untuk menghidupi (seperti lagu Koes Plus). Mungkin ini juga yang menjadikan masyarakat disini sedikit malas. Jika ingin makan, tinggal cari ke sungai. Jika ingin uang, tinggal tunngu karet datang dan uang akan didapat. Tapi, semoga dengan keberadaan kami disini, dapat membawa pengaruh positif bagi masyarakat. Dan kami hanya memiliki waktu 2 setengah bulan lagi untuk melakukan itu. Semoga terkejar.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline