Lihat ke Halaman Asli

Saran untuk Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah dari Kompasianer

Diperbarui: 23 Oktober 2024   14:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti (Sumber Gambar: Kompas.com)

Kepada Bapak Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Pak Abdul Mu'ti sebelumnya saya pribadi mengucapkan selamat mengemban amanah. Semoga bapak amanah dalam menjalankan tugas berat ini serta semoga Tuhan Yang Maha Esa meridhoi dan memberkahi anda selalu. 

Kepada Pak Menteri yang terbaru, saya hanya bisa menyampaikan saran-saran untuk bapak yang kemudian dipertimbangkan untuk menjadi kebijakan ke depannya dalam menjalankan tugas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. 

Semoga saran-saran baik ini bisa dibaca oleh Bapak langsung ataupun Staff di Kemendikdasmen (Kementrian Pendidikan Dasar dan Menengah)

Evaluasi Menyeluruh Pelaksanaan Kurikulum Merdeka

Secara garis besar, Kurikulum Merdeka cukup perlu di evaluasi dalam hal pelaksanaan nya. Nama kurikulum nya juga sederhana dan enak untuk di-Ingat. Hanya saja, tata kelola dan teknis pelaksanaan nya yang perlu di Evaluasi. Apakah Infrastruktur Pendidikan Indonesia sudah siap dan memadai? Apakah kualitas Siswa kita sudah baik? Tentu hal ini tidak perlu saya jelaskan, karena itu domain tugas bapak yang harus melihatnya sendiri. 

Kalaupun kualitas Siswa kita belum baik, maka Kurikulum Merdeka harus direvisi tanpa harus mengubah nama Kurikulum. 

Kalaupun boleh saya usulkan, Kurikulum Merdeka tetap dilanjutkan asalkan direvisi dengan mengadopsi setidak-tidaknya 75% dari Kurikulum 2013 dan 25% dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006) agar kualitas siswa di Indonesia lebih baik

Sistem Kenaikan dan Tinggal Kelas kembali diterapkan agar siswa memiliki daya juang belajar dan memiliki rasa semangat kompetisi dalam belajar. Namun, untuk urusan perangkingan siswa tetap tidak perlu diterapkan karena akan memunculkan rasa diskriminasi antar siswa, belum lagi adanya 'Bullying' dari orang tua siswa yang membanding-bandingkan anaknya dengan teman sekelasnya yang memiliki prestasi belajar yang baik. 

Sikap diskriminasi inilah yang membuat kejadian Bullying di Sekolah Negeri maupun Swasta semakin meningkat, terutama sebagian sekolah swasta Islam terutama yang berafiliasi terhadap organisasi keagamaan Muhammadiyah

Kemudian, Agar mental health Siswa Sekolah baik di tingkat SD hingga SMA/SMK tetap terjaga, maka sistem Full Day School di tiadakan untuk menjaga mental anak-anak. Belum lagi, anak-anak yang sekolahnya menerapkan sistem Full Day School harus menghadapi tugas gila-gilaan dari Guru Sekolahnya yang memberi tugas sudah sebanyak lemburan kantor.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline