Indonesia memilik banyak keanekaragaman suku, adat dan budaya. Sumatera Utara adalah salah satu bagian dari NKRI yang memiliki banyak Adat dan Budaya yang telah di laksanakan sejak turun temurun dan tetap di jaga dari generasi ke generasi sebagai identitas dan nilai nilai dalam masyarakat.
Bagi masyarakat Sumatera Utara atau suku Batak mengangkat martabat sebuah marga adalah dengan menghormati orangtua dan para leluhur. Salah satunya dengan melaksanakan ritual mangokal holi atau memindahkan tulang belulang leluhur untuk dikumpulkan di satu tempat baru.
Masyarakat Batak Toba percaya bahwa kematian bukan akhir perjalanan hidup, namun justru tahap untuk mencapai kesempurnaan. Lewat rangkaian mangokkal holi ini maka akan tercapai hasangapon, atau kemuliaan sebuah marga atau keturunan. Di sekitar Danau Toba, terdapat banyak makam atau kuburan megah--biasa disebut Tugu--yang berlomba dibangun oleh para keturunan almarhum atau almarhumah.
Selanjutnya adalah tari sigale gale, Sigale Gale atau Si Gale-Gale atau Sigalegale adalah sebuah patung kayu yang digunakan dalam pertunjukan tari saat ritual penguburan mayat suku Batak di Pulau Samosir, Sumatra Utara. Sigale Gale berasal dari kata "gale" artinya lemah, lesu, lunglai.[1] Sigale Gale cukup terkenal di kalangan para turis. Selama menari-nari, patung ini dikendalikan oleh seorang pemain dari belakang mirip boneka marionette menggunakan tali tersembunyi yang menghubungkan bagian-bagian patung melalui podium kayu berukir tempatnya berdiri. Hal ini memungkinkan bagian lengan, kepala dan tubuhnya digerakkan. Konon, jumlah tali yang menggerakkan Sigale gale sama dengan jumlah urat yang ada di tangan manusia.
Patung kayu Sigale gale memiliki anggota badan bersendi yang dipasang di atas podium beroda, sambil meratap, mereka menari-nari selama upacara pemakaman yang disebut papurpur sepata. Upacara tersebut dilakukan dalam rangka mengusir petaka meninggal tanpa memiliki keturunan, dan untuk menenangkan roh mendiang agar arwahnya tidak penasaran.
Dan masyarakat adat juga memiliki Upacar adat yang biasa di lakukan nelayan di sumatra utara terutama di tapanuli tengah biasa disebut Tradisi Kenduri Laut,
Tradisi upacara Kenduri Laut ini merupakan salah satu warisan budaya masyarakat pesisir di Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Tradisi sejenis juga banyak dilakukan oleh masyarakat pesisir pantai sumatera lainnya, namun masyarakat Tapanuli Tengah memiliki caranya sendiri untuk melaksanakan kenduri laut ini.
Tradisi ini adalah sebuah pengharapan agar selalu diberikan hasil yang melimpah untuk ke depannya dan diberikan keselamatan bagi para nelayan. Bagi masyarakat di sana, tradisi sedekah laut ini juga dimaknai sebagai hubungan antara manusia dan alam, dimana alam selalu memberikan kehidupan kepada manusia.
Sebagai mahasiswa yang memiliki peran dan fungsi Guardian Value dan Iron Stock maka sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk menjaga budaya kita sendiri sebagai warisan dari nenek moyang kita dan sebagai identitas.
Nama : Dina Anggraini
Npm : 18010410454
Prodi:Tadris Bahasa Inggris