Lihat ke Halaman Asli

Raden Zulfikar

Pekerja Teks Komersial

Tak Sekadar Kain, Batik adalah Jiwa dalam Prosesi Kehidupan Masyarakat Indonesia

Diperbarui: 2 Oktober 2023   09:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Proses pembuatan batik tulis oleh dua pembatik dari Yogyakarta. (Unsplash: Camille Bismonte)

Pada sebagian masyarakat Indonesia,  membatik  adalah sebuah tradisi yang dilakukan dari generasi ke generasi. Membatik dilakukan di berbagai daerah dari usia kecil hingga dewasa. Dari saat bayi digendong dengan kain batik, adat pernikahan mengenakan kain batik, hingga ketika tutup usia pun umumnya jenazah akan diselimuti dengan kain batik. 

Batik tidak sebatas gambar di atas selembar kain. Lebih dari itu, batik adalah jiwa yang menyatu dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Hal tersebut menjadi pertimbangan sendiri bagi Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) Dalam Sidang ke-4 Komite Antar Pemerintah (Fourth Session of The Intergovernmental Committee) tentang Warisan Budaya Tak-Benda yang dilaksanakan di Abu Dhabi yang memberikan pengakuan internasional: Batik Indonesia sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non-bendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity). Hal ini kemudian diituangkan ke dalam Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 2009, sehingga setiap tanggal 2 Oktober Indonesia merayakan Hari Batik Nasional. 

Selain itu, Dewan Kerajinan Dunia (World Craft Council/WCC) juga telah menobatkan kota Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia pada tanggal 18 Oktober 2014 di Kota Dongyang, Republik Rakyat Tiongkok (RRT).

Indonesia kaya akan warisan budaya bukanlah sekadar jargon belaka. Setidaknya negara ini memiliki 13.466 pulau, 726 bahasa daerah atau 640 bahasa versi United Nations Educational, Cultural, and Scientific Organization (UNESCO), ada 5.300 makanan asli Indonesia, dan sekarang tercatat Indonesia memiliki 5.849 motif batik dari Aceh sampai Papua. 

Pengertian batik secara etimologi berasal dari kata “tik” yang berarti kecil. Istilah tersebut mengacu kepada kebiasaan orang Jawa dalam menyebut sesuatu yang kecil seperti benthik, jenthik, klithik dan lainnya. 

Sedangkan menurut Suryanto (2002:1) secara terminologi, batik merupakan sebuah gambaran yang dihasilkan dengan menggunakan alat berupa canting atau sejenisnya dengan bahan lilin sebagai perintang warnanya. 

Jika ditelaah melalui gramatikal, kata “batik” berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa, yaitu “amba” yang berarti luas atau lebar dan “nitik” yang mempunyai arti titik, dimana dalam pembuatan kain batik sebagian prosesnya dilakukan dengan menulis dan sebagian dari tulisan tersebut berupa titik.

Batik tidak hanya sebatas gambar motif di atas seutas kain, melainkan sebuah proses: melalui media canting maupun cap. Bahkan Kepala Badan Ekonomi Kreatif kala itu, Triawan Munaf, dalam acara Konferensi Pers Hari Batik Nasional 2019 tegas mengatakan bahwa printing itu bukan batik. 

Batik adalah batik tulis dan batik cetak. Saat ini Indonesia diserbu oleh produk luar negeri dengan tekstil bermotif batik, tapi bukan batik yang sesungguhnya. 

Proses pewarnaan batik pada jaman dahulu masih menggunakan bahan-bahan alami yang bersumber dari daun, batang, hingga akar-akaran dari berbagai jenis tanaman, seperti pohon nila, pohon soga tingi, kayu tegeran, kunyit, kesemumba, dan akar mengkudu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline