[caption id="attachment_316058" align="aligncenter" width="640" caption="http://www.voaindonesia.com/"][/caption]
Datangnya musibah di muka bumi ini tak ada yang pernah tahu, meski kita sadari di awal 2014 ini, bencana kembali menghampiri negeri ini. Fenomena ini tak pernah lepas dari negeri ini, Menurut penilaian saya secara pribadi, sebagai manusia biasa wajar bila kita mengeluh karena menghadapi bencana. Tak mengherankan ketika ada bencana kembali menghampiri, sebagai seorang kepala negara SBY langsung membatalkan agenda ke Davos, Swiss.
Secara tegas SBY lebih memilih ke Sinabung Pilihan ini tentunya berdasarkan hati nurani yang mendalam, sebagai pemimpin tentu dirinya tak membiarkan rakyatnya merasakan penderitaan yang berkepanjangan. Jelas sebelum dirinya mengemban amanah rakyat, terlebih dahulu disumpah untuk mengabdi kepada rakyat. Apa lagi dilaporkan gunung ini telah meletupkan dentuman sebanyak 30 kali dan masyarakat di daerah tersebut tetap waspada lontaran awan panas terus mengalami peningkatan dari hari-hari biasa yang jaraknya hanya mencapai 4kilometer. hingga 5 kilometer ke arah Tengggara. Sedangkan jumlah pengungsi erupsi Sinabung, semakin mengalami peningkatan menjadi 26.088 orang atau 8.103 kepala keluarga (KK). Sebelumnya, Senin (13/1) jumlah pengungsi tersebut hanya mencapai 25.810 orang atau 8.040 KK.
Berdasasrkan data di Posko Penanggulangan Bencana Sinabung Posko Kabanjahe, puluhan ribu pengungsi tersebut berasal dari 34 desa dan 2 dusun di Kabupaten Karo, beberapa di antaranya, Desa Sukameriah dan Desa Guru Kinayan. Kemudian, Desa Selandi Lama, Kuta Rakyat dan Desa Sigaranggarang di Kecamatan Payung. Desa Berastepu, Sibintun, Gamber dan Kuta Tengah, Kuta Mbelin, Kebayaken, Kuta Tonggal dan Desa Sukanalu di Kecamatan Simpang Empat.Selanjutnya, Desa Tiganderket, Mardinding, Temberun, Pintubesi, Perbaji dan Desa Kuta Mbaru, Kecamatan Tiganderket.
Sebelumnya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi meningkatkan status Gunung Sinabung dari level siaga menjadi awas terhitung mulai Minggu, (24/11) sekitar pukul 10.00 WIB. Status awas tersebut berpotensi menyebabkan makin meluasnya lontaran material berukuran 3-4 Cm yang jaraknya diperkirakan mampu mencapai 4 Km sehingga masyarakat yang bermukim dalam radius 5 Km dari kawah Gunung Sinabung direkomendasikan untuk diungsikan.
Debu vulkanik erupsi gunung Sinabung pun kini telah mencemari air sungai Wampu Bahorok Kabupaten Langkat Sumatera Utara, mengakibatkan air sungai mengalami perubahan menjadi hitam pekat dan mengeluarkan aroma bau tak sedap. Selain perubahan warna air sungai juga berbau belerang, yang diduga telah tercemar debu vulkanik gunung Sinabung. Keberadaan sungai Wampu Bahorok selama ini, sebagai salah satu sungai yang berhulu sungai di perbukitan gunung Bukit Barisan. Sungai Wampu juga merupakan sungai utama di Kabupaten Langkat yang melewati hampir seluruh kecamatan yang ada.
Realitas inilah yang mendorong kepala negara lebih memilih ke Tanah Karo, ketimbang harus menghadiri acara pertemuan puncak World Economy Forum (WEF). Apalagi keberadaan WEF, semakin penting peranannya setelah sejumlah kawasan mengalami krisis dua tahun terakhir. Meski pertemuan penting, namun SBY tetap lebih memilih mengunjungi korban letusan Gunung Sinabung di Sumut. Tujuan kunjungan ini tentu bukan upaya mencari simpatik dukungan menuju 2014, karena Yudhoyono sudah tidak dapat dipilih kembali. Bagi SBY, kehadirannya untuk memastikan semua tahapan tanggap darurat berjalan jauh lebih penting daripada Davos. Langkah itu menurut saya pribadi patut dipuji dan diapresiasikan positif. SALAM KOMPASIANA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H