Lihat ke Halaman Asli

Another Brick in the Wall, Part 2 adalah Kritikan Tajam Bagi Sistem Pendidikan

Diperbarui: 3 Maret 2024   12:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://images.app.goo.gl/1JtVWSj8Awy2QeXZA

Another Brick in the Wall Pt 2 adalah lagu yang terdapat dalam album The Wall milik Pink Floyd, album ini dirilis pada 1979. Album The Wall adalah salah satu mahakarya album yang pernah Pink Floyd ciptakan dan berhasil mencapai kesuksesan. Album ini seakan menanggalkan pandangan para penggemar atas etos kepenulisan lirik dan konsep band yang hanya berfokus pada David Gilmour. Album The Wall adalah album konsep buah hasil pemikiran Rogers Waters, dan album ini pun seakan mengelaborasi sisi kreativitas Rogers Waters dalam menulis lirik.

Beberapa track dalam album ini Rogers tulis diantaranya, adalah lagu Another Brick in the Wall Pt 1-3. Jika berbicara sedikit tentang tema yang sering diangkat oleh Rogers Waters, ia seringkali menulis lirik yang berisikan tentang pendidikan, kurangnya kepercayaan terhadap kekuasaan, dan seputar militer, seperti dalam Another Brick in the Wall Pt 1 yang secara garis besar menceritakan pengalaman Rogers yang tidak pernah bertemu sang ayah yang gugur di medan perang, atau dalam track musik lain pada album The Final Cut berjudul 'When the Tigers Broke Free' yang sekilas menceritakan tentang ayah nya yang mati sia-sia di medan pertempuran di Anzio.

Another Brick in the Wall Pt 2 adalah salah satu part dari Another Brick in the Wall lainnya yang memberikan pesan tajam terhadap kondisi sosial. Lagu ini secara lirik memberikan penggambaran tentang pengalaman individu di ranah akademik yang mengkritik sistem pendidikan yang bersifat otoriter dan membatasi pola pikir kreativitas muridnya. Lagu ini seakan menyoroti tema-tema lain dalam album The Wall seperti kehampaan dan ketidakbahagiaan. The Wall pun seakan digambarkan seperti sebuah dinding perlindungan atas kondisi sosial yang carut marut. Another Brick in the Wall Pt 2 Rogers seakan memberikan suara dan ekspresi para murid yang seperti di penjara oleh sistem pendidikan yang memisahkan murid dengan dunia nyata.

"We don't need no education"


merupakan penggalan ikonik dari lagu ini yang terdapat di bagian awal lagu, serta mengisyaratkan bahwa Rogers sedang tidak ingin bertele-tele dalam mengungkapkan pesan dan ketidaksetujuannya atas sistem pendidikan. Lirik pembuka tersebut dibarengi dengan hentakan instrumen yang seakan memberikan pesan gelora kemuakkan para murid tentang kondisi nya di ranah akademik. Pada bagian lirik tersebut terdapat ditengah lagu yang lirik nya dinyanyikan oleh para murid yang seakan-akan memberikan penegasan atas pesan yang ingin disampaikan dalam lagu ini.

"No dark sarcasm in this classroom, Teacher leave them kids alone."

Selain itu pula, dalam bagian penggalan lirik diatas Rogers mengkritisi sikap sinis, rasis, dan penghinaan yang cukup sering terjadi di ranah akademik yang menjadikan terlahirnya budaya strata sosial dan pemisahan antara kelas sosial tertentu. Bagian tersebut pesan yang ditujukan terhadap para pengajar untuk berlaku adil dan tidak meremehkan setiap murid. Pink Floyd pun dalam lagu ini memberikan pesan tentang apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh para murid yaitu, ruang bebas agar mereka dapat tumbuh dan berkembang dan memiliki kreativitas kebebasan. 

Jika dilihat dari segi musik, lagu ini memiliki komposisi yang kompleks seperti penggabungan elemen rock dan progresif. Pink Floyd masih dengan ciri khas nya dalam bermusik yang tergambar pada struktur vokal yang begitu mendalami, instrumen yang menghentak mengiringi, serta solo gitar yang menambah kesan melodis dari lirik yang begitu puitis.

Album The Wall melahirkan kesuksesan kembali bagi Pink Floyd, khususnya dalam Another Brick in the Wall yang menjadi salah satu track hits dalam album ini dengan lirik yang dipenuhi kontroversial dan pesan dibalik lagu ini yang seakan menjadi sebuah simbol metafori pertanda perlawanan atas penindasan dan kesewenang-wenangan dalam ranah akademik. Rogers Waters selaku penulis lagu ini, bukan hanya menyiratkan pesan dan makna yang ingin disampaikan melalui lirik yang ia tulis saja, namun melalui konsep dari Music video (MV) lagu ini pun dipenuhi dengan pesan, makna, dan metafora yang dipadatkan oleh Rogers dalam Music Video nya. 

Music video lagu ini pun memberikan penggambaran atas realita pendidikan yang tidak relevan dan justru malah membentuk para murid yang merasa terkekang atas sikap otoritarian institusi pendidikan, menurut Rogers sistem pendidikan tidak bisa terus menerus mengekang para siswanya atas kebebasan berekspresi mereka yang mana hal tersebut dapat mengurangi keunikan dan kemandirian dalam diri siswa. 

Rogers pun merasa bahwa pendidikan yang hanya menjalankan tugas memenuhi kebutuhan industri saja akan berakhir pada keminiman moral, kreativitas, dan kemandirian dalam diri para siswa. Lagu ini masih relevan hingga saat ini, dan masih menjadi bentuk sebuah penggambaran dari problematika yang masih sering dihadapi dan dirasakan oleh sesorang yang berada di dalam institusi pendidikan tertentu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline