Lihat ke Halaman Asli

Kurva Hidup

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ini adalah sebuah tulisan yang menyadarkan kita bahwa matematika dan kehidupan merupakan dua hal yang tidak terpisahkan.

Kita adalah makhluk yang temporer. Dulu, 100 tahun yang lalu, kita belum terdefinisi. Nanti, 100 tahun lagi, kita pun akan menjadi makhluk yang tidak terdefinisi di dunia ini. Adalah sekarang ini masa di antara kedua masa itu. Kalau kita gambarkan kurva, kita akan dapatkan sebuah kurva tertutup. Tertutup, karena titik awal dan akhirnya sama, yaitu sebuah ke”tidak-terdefinisi”an.

Masalah selanjutnya adalah, apakah kurva hidup kita sederhana seperti lingkaran? Tidak, Kawan. Kurva hidup kita itu benar – benar rumit. Tidak hanya naik – turun atau melingkar sekali – dua kali. Sama sekali tidak sesederhana itu. Mungkin melingkar – melingkar tak teratur berkali – kali? Mungkin di saat – saat yang berbeda kita berada di suatu keadaan yang sama? Mungkin kita mencapai titik tertinggi? Mungkin kita mencapai titik terendah?

Entahlah, hanya masing – masing dari kita bisa menggambarkan kurva kehidupan kita masing – masing. Bahkan saking rumitnya, mungkin kita tidak pernah bisa memvisualisasikannya. Satu hal yang pasti, di antara titik awal dan akhir itu, buatlah sebuah perjalanan yang bermakna karena sesal diciptakan selalu di akhir.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline