Hamparan Padang Pasir rindukan tanah basah Oasis di tengah cekungan Gurun nan luas nantikan sentuhan Kafillah kuucap sebait doa Padamu Ya Rabbi berlutut dalam tawanan kehampaan Menyeret keledai menemaniku dalam Tandusnya Alam sebagai Teman setia Wahai Jiwa yang tak tenang tebarkan Salam pada Fitnah yang tak nyata Meski terseok ketidak adilan yang terpikul meremas sesak di dada Penantian ini tak akan lama bersemayam di kelopak mata air yang menggenang Angin menebar Pasir hembuskan pada wajah tak Bercadar Mata air bening ini basuhkan pada wajah berjelaga lembutnya hampiri Masuklah dalam genangan bersihjya air tampak sekujur tubuh dapat bercermin Bermainlah air meski seluruh Gamisku basah Sendiriku tak measa sunyi Kudapat merendamkan seluruh tubuhku bersama sanubariku bernyanyi Matahari tak lagi bersinar berganti alam jingga Pulanglah kumenuntun kau keledai katanya Dungu namun kau temanku haru biru memapah seraya tertiup angin dingin menyelimuti qalbu Kutiada bersedih lagi saat sekelompok anak Yatim berlari menghampiri menemani hari hariku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H