Lihat ke Halaman Asli

Langkah yang Tersekat Waktu

Diperbarui: 23 Agustus 2016   05:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Dok . Pri (upacara bendera sma n 1 weleri)"][/caption]

Pagi yang begitu segar embun embun masih menghias lapangan halaman sekolah bertaburan tersapu sepatu anak sekolah,rupanya ini adalah hari senin yang menandakan adanya upacara bendera.

Aku yang berjalan santai beranjak berlari ke kelas meletakkan tas dan mengambil topi karena telah terdengar suara kepala sekolah dengan kerasnya mengkoordinasikan agar seluruh siswa beranjak menempatkan posisi di halaman tengah yang masih tersisa embun embun pagi yang seperti lautan samudra yang berhiaskan rumput,tapi ah sudahlah ini sudah menjadi aturan sejak jaman dahulu setiap hari senin pasti basah juga sepatuku tapi beginilah cerita anak sekolah apapun yang menjadi aturan ya harus dipatuhi walaupun harus berkorban sedikit tapi tidak masalah toh belum ada apa apanya dibandingkan pahlawan yang berkorban nyawa di medan perang demi berkibarnya sang saka merah putih.

Aku menempatkan diri dibarisan upacara tapi yang paling belakang karena suasananya adem dan tidak terlalu kepanasan oleh terik matahari,hari ini begitu banyak yang terjadi dihalaman sekolah saat upacara bendera. Kupandang seorang siswi berkerudung putih bermata sipit bersenyum manis yang kala itu bertindak sebagai petugas kesehatan siswa/i yang membuat seakan akan mata ini tidak dapat berkedip serasa sudah pernah mengenalnya sebelumnya dan juga pernah bertemu sebelumnya, tapi entah kapan aku juga tidak terlalu paham.

Rasa penasaranku pun berlanjut untuk mengetahui siapa dia sebenarnya hingga akhirnya aku pun berpura-pura pusing sambil berdoa kepada tuhan semoga seorang siswi yang aku maksud yang mengurusku. Doa pun terjawab antara kebetulan atau tidak yang pasti aku selalu percaya kuasa tuhan itu ada dan nyata saat aku yang berpura pura tiduran dibalik tirai ruang kesehatan siswa ternyata benar tak beberapa lama ada seseorang membuka tirai dan mengucap "permisi,mas mau tak ambilin minum gak?" ,"iya boleh dik silahkan" ia pun beranjak melangkah untuk mengambil air mineral dan memberikannya kepadaku, dia pun kembali bertanya dan duduk disampingku "mas mas mukamu kok pucat ya ? (waduh apa benar pikirku padahal aku hanya berpura-pura dan tidak serius) "oh iya dek ini saya agak pusing loh gak tau kenapa?" Dia pun dengan sigap mengambilkan obat sakit kepala dengan sigap dan memberikannya kepadaku (mampus ini yang ku tahu obat sakit kepala ini ada efeknya jadi kantuk berat) tapi dalam hatiku tidak menjadi masalah karena aku jadi tahu namanya karena ku lirik badge namanya yang terlihat cukup jelas ternyata namanya adalah mawar sekar arum,hmm..... Nama yang cukup indah dan pas untuk gadis semanis dia.

Sandiwaraku pun berlanjut aku yang terkadang suka berbasa basi dan temanku cenderung mengatakan bahwa aku itu terlalu ndablek (tidak tahu malu) tapi sudahlah ku beranikan diri untuk bertanya  "dek maaf sebelumnya,kalau boleh tau nama kamu siapa?" Dia tersenyum manis ke arah ku "namaku mawar sekar arum kak ,panggil saja aku mawar juga boleh" ,"oh ya ? Makasih ya mawar sudah bawain saya air minum dan obat hehehe....... Dan maaf juga saya jadi merepotkan kamu" , "ah gak papa kok kak toh ini sudah menjadi tugasku juga disini" lalu dia beranjak pergi meninggalkan ruangan karena masih banyak yang harus diurus juga olehnya dan aku pun persilahkan saat dia bilang "maaf ya kak saya tinggal dulu semoga cepat sembuh ya" , "iya maaf sebelumnya loh" ucapku.

Waktu sudah beranjak siang upacara pun sudah selesai dan sekali lagi aku pun terus terpanah memandang dirinya dan masih penasaran juga siapa dia  dan ada inisiatifku untuk mengikutinya sewaktu pulang akan tetapi selalu gagal karena toh aku juga sudah kelas 12 dan aku melihatnya itu pertama kalinya waktu kelas 11 sehabis dari kantin yang tidak sengaja dan ku ikuti juga dia sampai masuk ke dalam kelas akan tetapi juga tidak sampai untuk melihat namanya maklum mungkin aku adalah intel yang masih amatir.

Perkenalan kami pun beranjak semakin dekat pada saat waktu kelulusan akan tetapi setelah kelulusanku semuanya mulai sedikit demi sedikit memudar. Mungkin ini adalah faktor jarak dan waktu yang tidak saling berhubungan, aku pun paham semua ini kenapa dan bagaimana sebab hanya oleh Tuhan seseorang akan mengalami pertemuan dan perpisahan juga sebaliknya karena semua ini adalah takdir dari tuhan.
Manusia hanya bisa menerima apa yang di garis oleh Tuhan dan tidak bisa menolak sebab kuasa Tuhan itu mutlak tidak bisa diganggu gugat.

Tapi aku juga masih berharap pertemuan ini tidaklah hanya sampai disini dan mungkin lain waktu aku dan dia dapat bertemu kembali entah dalam hubungan persahabatan ataupun yang lain.

Negeri diatas bukit, 21/08/2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline