Lihat ke Halaman Asli

Movie Review | Once Upon a Time in Hollywood (2019)

Diperbarui: 10 November 2019   17:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Selamat datang di Movie Review, review kali ini adalah Once Upon a Time in Hollywood. Gue menikmati beberapa karya Quentin Tarantino, seperti Pulp Fiction, Django, Inglourious Basterds, dan Kill Bill. Tahu kalau Once Upon a Time in Hollywood muncul di teater dan disutradarai Quentin Tarantino tentunya memunculkan optimisme pada gue kalau gue akan menikmati film ini. Ya, benar, tidak mengecewakan.

Film ini menceritakan tragedi Sharon Tate yang diperankan -- Margot Robbie. Eits, tapi film ini bukan film documentary sepenuhnya, bahkan plotnya bukan tentang tragedi itu, hanya sebuah Slice of Life dari tiap karakter.

Plot, ini dia, karena ini Slice of Life, layaknya Murphy's Law, "Anything that can happen, will happen.". Film ini ngga kayak film-film lainnya yang diberikan konflik di awal dan akan terselesaikan di akhir, tiap karakter memiliki ceritanya masing-masing yang akan DIKEMAS BERBARENGAN di akhir. Ini film udah berasa Pulp Fiction yang rilis tahun 2019. Sehingga plot ini memang ada twist dan banyak hal yang tak terduga yang terjadi di akhir.

Cinematography. Gilak, film ini tentang dunia perfilman, permainan kamera sangat-sangat mahir, kalau tahu, ada Scene di mana karakter protagonist naik kendaraan, di saat mobil bergerak, kamera mengikuti mobil itu dan sangat-sangat bagus! Atmosfer di film ini pun sangat indah, embun-embun yang bertebaran di malam hari dan debu-debu di siang hari kelihatan dan mendekorasi layar film. Saking bagusnya Atmosfer dan Cinematografi yang tepat, semua scene sangat pas untuk dijadikan wallpaper, hahaha!

Pembangunan Karakter. Perlu diketahui pacing dari film tarantino biasanya lambat, tentunya karena sangat lambat, pembangunan karakter pun jadi, Leonardo DiCaprio dan Brad Pitt menjadi duo yang tidak terkalahkan karena hubungan mereka -- Bromance. Humor dan kesedihan yang dialami karakter pun bisa kita rasakan.

Scoring. Musik yang digunakan saat mencekam, digunakan saat mengendarai mobil, sangat pas. Terutama mencekam, gue yang nonton pun jadi ikut gemetar dan takut saat bagian mencekam dimulai, takut akan terjadi sesuatu yang tidak terduga!

I love this so much. I rate this movie,

90%/100%

"Don't cry in front of the Mexicans."




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline