Lihat ke Halaman Asli

Menyaksikan Pagelaran Gamelan di Negeri Seberang

Diperbarui: 24 Juni 2015   15:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1366139082868352976

[caption id="attachment_248266" align="alignnone" width="672" caption="Penampilan Tim Gamelan Prodi D3 Bahasa Inggris UGM (dok. pribadi)"][/caption]

Perantau biasanya rindu dengan hal-hal yang berasal dari kampung halaman, seperti makanan, tempat-tempat yang membawa kenangan, dan musik. Hal-hal yang biasa ditemui di kampung halaman akan menjadi sesuatu yang luar biasa ketika jauh dari kampung. Makan Sego Kucing, mungkin hal biasanya bagi yang tinggal di Yogya dan sekitarnya. Bagi Perantau makan Sego Kucing akan menjadi hal yang istimewa.

Penulis yang sudah 4 (empat) tahun tinggal di Malaysia, menjadi sangat antusias ketika mengetahui acara festival gamelan. Festival yang bertajuk Ensemble of Gamelan digelar pada 12 April 2013 lalu di Chancellor Hall, Universiti Teknologi PETRONAS, Malaysia. Menyaksikan langsung pagelaran tersebut, kembali membuka pintu kenangan pada sosok seorang ayah yang tinggal di kampung. Pagelaran itu menampilkan 6 (enam) grup dari berbagai Perguruan Tinggi di Malaysia dan 2 (dua) grup dari Prodi D3 Bahasa Inggris dan S1 Sastra Inggris Universitas Gadjah Mada. Tahun ini merupakan tahun keempat bagi Tim UGM diundang dalam pagelaran ini. Tim UGM menampilkan gendhing Sumping Pari laras slendro dan Asmara Murka yang merupakan gubahan dari Sang Pelatih Nanang Karbito.

[caption id="attachment_248268" align="alignnone" width="672" caption="Penampilan Tim Gamelan Prodi Sastra Inggris UGM (dok. pribadi)"]

13661400591479968084

[/caption]

Secara umum, Malaysia memberikan perhatian khusus pada pengembangan budaya antara lain gamelan. Hal ini terlihat dengan menyediakan fasilitas gamelan dan pelatih pada kegiatan ko-kurikuler di Sekolah Menengah dan Perguruan Tinggi. Pagelaran festival budaya seperti gamelan biasanya banyak menarik minat penonton usia muda. Keadaan menjadi sangat berbeda ketika pagelaran gamelan dipentaskan di kampung saya. Penonton kebanyakan para orang tua, sangat sedikit dari kawula muda. Budaya warisan nenek moyang kurang mendapat tempat di hati para penerus.

Beberapa usaha alternatif bisa dilakukan dengan membuka dialog budaya, sehingga budaya warisan seperti gamelan bisa diterima kalangan muda. Upaya lainnya untuk membumikan gamelan bisa dilakukan dengan memberikan fasilitas kegiatan ko-kurikuler di sekolah dan kampus. Semoga budaya Indonesia tetap berkembang untuk diwariskan kepada anak cucu.

Sampun …. Matur nuwun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline