Lihat ke Halaman Asli

Cerpen Pembelaan

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perdamaian itu indah, sangat indah dan merupakan impian semua orang.

Perdamaian itu menyejukkan , sangat menenangkan dan merupakan harapan semua orang, namun...

Perdamaian tanpa ada pembelaan itu adalah perdamaian kosong

Perdamaian tanpa ada harga diri itu adalah perdamaian semu

Ada kalanya seorang bertindak ketika nilai harga diri itu dilecehkan...

Hari itu adalah hari bersejarah bagi negara Ala – Ala, ada suatu peristiwa yang akan tertulis dalam sejarah negara ini, peristiwa itu adalah pembelaan...

“Raja, gawat?” gelisaha seorang pelayan

“ada apa?” si raja sedang menata jenggotnya

“diluar!!”

“apanya diluar!!”

“ada tentara negara seberang!”

“hah..”

“iya raja”

“memangnya ada apa?”

“coba lihat saja dulu”

Si raja pun bergegas melihat keluar dan...

Bagaikan sebuah peperangan yang akan dilancarkan, seluruh tentara telah berbaris di depan gerbang kerajaan, berbaris sangat panjang sampai ekornya pun tidak terlihat, menunggu satu perintah, menyandang tombak dan perisai.

“APA – APAAN KALIAN !!” teriak si raja melihat kumpulan tentara

Salah seorang komandan perang, berbicara

“raja yang dulu terhormat dan kini hina dina!!”

“...APA!!”

“adapun kedatangan kami ini adalah atas perintah khalifah”

“memangnya ada apa!”

“anda tidak memberikan respon atas laporan khalifah”

“laporan yang mana!!”

“laporan atas pelecehan terhadap seorang muslimah di kerajaan ini”

“...”

“anda ingat”

“yang benar saja” “warga kalian hanya ditarik jilbabnya oleh tentara kami” “itu saja dipermasalahkan..”

“terserah tanggapan anda” “ini perintah khalifah kepada kami”

“apa...!!”

“kami beri waktu hingga tengah hari untuk membuat laporan permintaan maaf”

“yang benar saja” “cuman perkara sepele saja”

“sepele bagi anda, namun bagi kami itu adalah perkara besar”

“....”

“seorang muslimah yang ditarik jilbabnya adalah salah satu perkara besar bagi khalifah kami” “dan itu sudah menjadi alasan yang cukup untuk perang”

“hah..!!”

“cukup bicaranya” “kami beri waktu hingga tengah hari” “jika tidak ada respon, maka...”

“maka.. apa!!”

“kami atas perintah khalifah akan menyeret anda hingga ke rumah muslimah itu”

“memangnya kami takut apa!!”

“terserah anda” “pasukan!!”

“SIAP!!” teriak serentak para pasukan

“Bersedia!!”

Para pasukan pun telah bersedia untuk menyerang.

“Raja...?” “bagaimana!” gelisah seorang penasehat kerajaan

“...ukhh”

Kejadian itu terjadi pada siang hari, sekitar dua hari yang lalu. Saat itu khalifah sedang berbelanja di pasar. Dengan penampilan sederhana dan merakyat, dia bersama istrinya membeli lauk pauk.

“wah, banyak sekali buah – buahan ya” jawab si khalifah

“hari ini kita makan apa ya” tanya istrinya

“apapun boleh” “aku ingin merasakan hasil keringat kerja keras penjual ini”

“wah.. pak” si penjual terlihat senang mendengar si khalifah

“pak, ikat ini dan ini ya” tanya istrinya

“baik bu”

“berapa?”

“tidak usah , untuk anda dan istri anda”

“lho memangnya kenapa?”

“sudah didatangi seorang khalifah merupakan rezeki yang tidak ternilai”

“bapak ini melebihkan, kami tetap akan membayar”

Pasar sangat terlihat ramai, mayoritas sistem perdagangan yang digunakan adalah barterdan pembayaran dengan dinar.

Si khalifah pun bersama istrinya hendak kembali ke rumah, namun ditepi gerbang... ada seorang muslimah datang dalam keadaan terpatih – patih, jilbabnya terlihat acak – acakan, rambutnya sempat terlihat, dengan menangis. Si khalifah pun menghampirinya

“apa yang terjadi pada anda?” tanya si khalifah dengan nada paling sopan

“tidak apa – apa,,, tuan..” jawab si muslimah itu

“anda tidak mungkin tidak apa – apa?” “katakan...”

“....” “sebenarnya..”

Dan muslimah itupun menceritakan kejadian tersebut, dia pergi ke kerajaan sebelah untuk bertemu salah satu sanak keluarganya, diperjalanan setelah tiba di sana dia mendapat perlakukan tidak semena – mena oleh oknum penduduk. Jilbabnya ditarik hingga terlepas dan bahkan dia hendak diperkosa setelah dibawa di lorong. Namun dia selamat karena ditolong oleh sanak saudaranya yang kebetulan melihatnya, jika tidak..

“....!!” kemurkaan terlihat pada raut sang khalifah. “istriku...”

“iya..”

“tolong kamu rawat luka muslimah ini” “bawa dia ke kerajaan, segera..”

“baik...” jawab istrinya

Akhirnya muslimah itupun dibawa bersama istrinya.

“hei, kamu!!”

“siap khalifah”

“panggil seluruh pasukan segera!!”

“baik khalifah!!”

“kamu,”

“iya!!”

“temui orang di kerajaan dan suruh dia buat surat pernyataan dan surat laporan”

“tentang apa khalifah”

“surat pernyataan perang, dan surat laporan pelecehan warga negara”

“kepada siapa, khalifah”

“kepada itu” sambil menunjuk keluar gerbang dan menunjuk kerajaan tetangga. “SEGERA!!”

Dan surat itupun dibuat tepat hari itu, dan langsung diserahkan ke penasihat kerajaan sebelah.

“Raja...!”

“ada apa”

“ada surat dari negara sebelah”

“tentang ?”

“laporan dan pernyataan perang!”

“HAH!!” “berikan ..” dengan gelisah si Raja pun membaca

Isi surat laporan itu

Yang terhormat, Raja Uli – Uli

Salam sejahtera untuk kerajaanmu dari dulu hingga kini,

Adapun surat ini diberikan tiada lain karena adanya pelanggaran hak seorang warga negara ku... pelanggaran itu adalah pelecehan yang dilakukan oleh salah satu oknum negara anda. Dengan ini kami menegaskan anda untuk memberikan laporan permintaan maaf terhadap warga negara kami itu!! SEGERA!!

Tertanda, Khalifah Ala - Ala

“...”

“bagaimana Raja!!”

“ah, sudah biarkan saja” “masalah seperti ini saja dibesar – besarkan” “dasar khalifah ogoan”

Dan surat itu tidak dihiraukan hingga akhirnya subuh hari.

Dihalaman kerajaan hingga pintu gerbang keluar, telah berderet seluruh pasukan atas perintah khalifah

“bagaimana?” tanya khalifah

“tidak ada tanggapan , khalifah” jawab seorang prajurit

“baik, semua tentara bersiap!” teriak si khalifah

“SIAP!!!” teriak seluruh prajurit

“semuanya maju!!” khalifah pun memerintahkan.

Seluruh prajurit pun bergerak menuju kerajaan tetangga, membawa tombak dan perisai. Panjang sekali, hingga ketika sudah sampai kerajaan tetangga, ekor prajurit masih terlihat di kerajaan.

“Bagaimana, anda sudah mengerti!!” tanya seorang komandan perang

“ukghh” si Raja mulai gelisah ketika prajurit mulai masuk kedalam kerajaan. Sepertinya dia tidak sempat memanggil prajurit karena telah terkepung.

“Permintaan kami hanya satu, anda minta maaf pada muslimah tersebut?!” tegas si komandan.

“yang benar saja” “yang melakukan itu kan orang lain, kenapa aku seorang raja yang bertanggung jawab”

pertanyaan bodoh yang tidak perlu dijawab!!” potong seorang dari belakang yang tiada lain adalah khalifah.

raja adalah cerminan rakyatnya, maka jika rakyatnya berbuat salah itu adalah kesalahan kepemimpinan raja

“khalifah Ala – Ala”

“saya tanya sekali lagi, anda mau minta maaf pada warga kami dengan baik – baik atau perlu aku sendiri selaku khalifah menyeret anda ke rumahnya” “pilih sekarang !!”

Akhirnya si raja pun meminta maafkepada muslimah itu dengan langsung menuju kediamannya. Dia meminta maaf atas perilaku salah satu warganya terkait pelecehan itu dan akan menghukum si pelaku dikerajaan itu.

Khalifah Ala –Ala memerintah selama 10 tahun, dan semasa pemerintahannya semua warga kerajaanya sangat diperhatikan. Sejak pembelaan itu, khalifah Ala – Ala disegani dan juga dihormati oleh negara – negara tetangganya. Tidak ada satupun laporan terkait pelecehan terjadi, segala bentuk hubungan kerjasama yang baik dan terjaga pun terbentuk.

Bagaimana dengan sekarang...?

Ask for the reality now, bye..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline